Berlebihankah Membawa Balita Shalat di Masjid?
Bismillah..
Pertanyaan :
Assalamualaykum warohmatullah wabarokatuh.
I tikaf di masjid bersama balita seperti nya berlebihan. Apakah Rasulullah semasa hidup nya i'tikaf bersama isteri dan anaknya.
Jawaban :
Bismillah..
Ketika Rasulullah diangkat menjadi Nabi anak-anak Rasulullah tidak ada yang diusia balita, kecuali satu anak Rasulullah yang slahir di masa kenabian, yang bernama ibrahim (bayi yang lahir dari ummul mukminin Mariyah Al Qibtiyah), dan ibrahim meninggal pada usia 9 bulan.
Riwayat-riwayat yang menceritakan interaksi anak-anak kecil di masjid di masa Rasulullah itu adalah cucu-cucu Rasulullah,anak-anak pamannya dari keluarga bani hasyim atau anak-anak para sahabat lain....
Nah berarti yang harus kita perhatikan adalah bagaimana interaksi Rasulullah dengan anak-anak ini? Apakah Rasulullah marah, mengusir jengkel, atau malah senang, lembut,atau lainnya..
Kita coba lihat riwayatnya satu-satu ya..
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat sambil menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, putri dari Abul ‘Ash bin Rabi’ah. Apabila beliau sujud, beliau letakkan Umamah dan jika beliau berdiri, beliau menggendongnya.” (HR. Bukhari)
Umamah ini adalah cucu Rasulullah dari putrinya yang bernama zainab.
Hadist ini mengandung dua faedah penting :
1. Bolehnya membawa serta bayi ke masjid, dan boleh menggendongnya ketika shalat, meskipun itu adalah shalat wajib. Karena Rasulullah sholat dengan menggendong cucunya dan saat itu beliau mengimami para sahabat. (nah, dari sini klo dipahami kita juga bisa tahu bagaimana tata cata sholat dengan menggondong bayi)
2. Pakaian bayi dan badannya itu suci, selama tidak diketahui adanya najis. Anggapan bahwa orang yang hendak shalat tidak boleh menyentuh atau menggendong bayi, karena dimungkinkan ada najis di pakaiannya adalah anggapan yang tidak berdasar.
Selanjutnya..
Dari A’isyah radliallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan shalat isya, hingga Umar datang memanggil beliau:
Wahai Rasulullah, para wanita dan anak-anak telah tidur. (HR. Bukhari)
Catatan : saat itu wanita dan anak-anak ini ada di dalam masjid, mereka menunggu untuk shalat berjama'ah di masjid.
Faedahnya adalah :
Boleh mengajak anak ke masjid dan mengikuti shalat jamaah. Sebagaimana wanita juga boleh datang menghadiri jamaah. Terutama di waktu malam yang gelap, seperti shalat isya. Karena maksud pemberitaan Umar kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa wanita dan anak-anak yang menunggu jamaah shalat isya di masjid, telah tertidur.
Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu 'anhu, ujarnya: “Saya shalat Zhuhur bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian beliau pula ke keluarganya dan saya pun pulang bersamanya. Dua orang anak kecil menghadang beliau. Dan Rasulullah mengusap pipi mereka seorang demi seorang.” Jabir berkata lagi; “Adapun saya sendiri beliau usap pipi saya dan saya merasakan tangan beliau dingin dan harum baunya, seolah-olah baru keluar dari celupan minyak wangi.” (HR Muslim)
Hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyambut dengan baik dan bersikap penuh lemah-lembut kepada anak-anak yang turut shalat di masjid. Jabir bin Samurah adalah salah seorang dari anak sahabat yang diperlakukan dengan penuh kelembutan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga Jabir merasakan lembutnya usapan tangan Rasulullah yang sejuk dan sangat harum.
Kemudian, hadist dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu mengatakan:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh aku pernah memulai sholat yang ingin ku panjangkan, lalu karena kudengar tangisan seorang anak kecil, maka kuringankan (sholat tersebut), karena (aku sadar) kegusaran ibunya terhadapnya”.
Komentar syaikh Al bani mengenai hadist ini :
Dalam hadits ini terdapat dalil bolehnya memasukkan anak ke masjid-masjid, walaupun mereka masih kecil dan masih tertatih saat berjalan, walaupun ada kemungkinan mereka akan menangis keras, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyetujui hal itu, dan tidak mengingkarinya, bahkan beliau menyariatkan untuk para imam agar meringankan bacaan suratnya bila ada jeritan bayi, karena dikhawatirkan akan memberatkan ibunya.
Mungkin saja hikmah dari hal ini adalah untuk membiasakan mereka dalam ketaatan dan menghadiri sholat jamaah, mulai sejak kecil, karena sesungguhnya pemandangan-pemandangan yang mereka lihat dan dengar saat di masjid seperti: dzikir, bacaan qur’an, takbir, tahmid, dan tasbih itu memiliki pengaruh yang kuat dalam jiwa mereka, tanpa mereka sadari… Pengaruh tersebut, tidak akan atau sangat sulit hilang saat mereka dewasa dan memasuki perjuangan hidup dan gemerlap dunia.
Dan sepertinya Ilmu psikologi modern, menguatkan kenyataan bahwa anak kecil itu bisa dipengaruhi oleh apa yang didengar dan dilihatnya… Adapun anak yang sudah besar, maka terpengaruhnya mereka dengan hal-hal tersebut sangatlah jelas dan tak terbantahkan.
Hanya saja bila ada diantara mereka yang bermain dan berlari-lari di masjid, maka wajib bagi bapaknya atau walinya untuk mengambil tindakan (menghukumnya) dan mendidiknya....
Inilah beberapa riwayat mengenai interaksi anak-anak di masjid baik itu balita atau anak yang tamyiz, tapi masih banyak riwayat yang tidak saya sebutkan.
Tapi kesemuanya menunjukkan bagaimana kelembutan dan perhatian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada anak-anak yang berada di masjid.
Intinya memang dari kecil anak dibiasakan dekat hatinya kepada masjid, tapi jangan lupa orang tuanya mengajarkan adab-adabnya. Jika masih bayi belum bisa diajak berkomunikasi berarti orangtuanya yang harus mengkondisikan agar sebisa mungkin tidak mengganngu jama'ah yang ada di masjid.
Jadi dua arah orangtua mengerti dan pihak masjidnya juga mengerti seharusnya, agar masjis benar-benar menjadi pusat peradaban dan tumbuhnya generasi yang hatinya terikat kepada masjid.
Terkadang ada orangtua yang membawa anak mereka kajian atau sholat, dibiarkan begitu saja tanpa pengawasan atau tanpa dikondisikan. Nah, ini tidak boleh karena bagaimana pun ini adalah tanggung jawab kita, sekiranya orangtua belum siap maka lebih baik masih berlatih di rumah. Orangtua harus memastikan dua kesiapan, kesiapan orangtua untuk membawa anak ke masjid (mental dan batin) dan kesiapan si anak itu sendiri.
Mendekatkan anak dengan masjid sebenarnya tidak harus saat sholat saja.
Bisa diagendakan sekeluarga ke masjid, sekedar sholat sunnah setelah itu berkisah atau bercerita santai, duduk bersama sekeluarga di masjid.
Membawa buku kisah,menikmati waktu bersama anak di masjid 30 menit cukuplah, tidak perlu terlalu lama.
Bawa kegembiraan ke masjid, buat anak nyaman dan rindu ingin ke masjid.
Orang tua yang harus paham dan sadar klo anak belum siap ya kitanya harus bersabar.
Makanya Allah perintahkan anak sholat di usia 7 tahun itu ya agar kita mau berproses dan sabar membersamai mereka, dengan kesabaran yang berlipat-lipat.
Dari sekarang diagendakan kapan mau ke masjid mana bersama anak kita 😊
Jadi tidak hanya menganggedakan ke perpus, ke mall, dll.
Tapi ke masjid juga perlu diagendakan😉
Terus bagaimana dengan i'tikaf dengan balita?
Ya sama saja seperti penjelasan di atas, orangtua siap dan anak juga siap atau disiapkan😊
Catatan tambahan yang menarik untuk disimak(ini saya ambil dari artikel di eramuslim):
Kita sebetulnya bisa mencontoh metoda-metoda praktis pendidikan anak yang telah diterapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, khususnya dalam melatih kebiasaan melaksanakan sholat berjama’ah di masjid. Salah satu kiatnya adalah, kita tidak menyia-nyiakan waktu dimana sebenarnya kita bisa melaksanakan sholat ke masjid dengan mengajak anak-anak kita. Karena peluang itu merupakan kesempatan terbaik untuk menanamkan rasa cinta masjid kepada anak-anak. Apalagi bagi orangtua yang sibuk bekerja di luar rumah.
Tentu saja, hal itu harus kita lakukan secara terus-menerus, bukan cuma sekali-dua kali saja. Karena kita tidak sedang mengajari anak menyalakan/mematikan radio, yang cukup dengan kata-kata serta contoh praktis sekali atau dua kali. Tapi kita sedang melatih anak cinta mengamalkan perintah Allah Subhanallahu wa ta'ala, melalui praktek-praktek pembiasaan.
Tentu saja ini tidak dibatasi oleh waktu, tetapi harus dilaksanakan secara konsisten terus menerus sampai akhir hayat kita. Kata para ulama; “Ajarkan anak-anakmu cinta masjid, niscaya surga kau raih.” Yuk…, ajak anak-anak kita ke masjid!
Allahu a'lam
Ambi ummu salman
Depok, 18.06.17
*jika ada kesalahan dalam artikel ini, murni dari kefakiran ilmu saya. Jika ada perbedaan pendapat sangat dipersilahkan😊
Komentar
Posting Komentar