KISAH SAUDARI MUSA DALAM AL-QUR'AN

Bismillah..

Mukadimah

Saudari Musa adalah salah satu wanita yang berperan istimewa bagi kenabian Musa 'Alaihissalam.

Kisah saudari Musa dalam Al Qur'an diungkap dalam 2 surat dalam Al Qur'an yaitu Qs.Thaha:40 dan Al Qashas:11-12

Dalam Al Qur'an banyak sekali menyebut tentang Musa, Nabi Musa banyak dikisahkan di Al Qur'an. Maka ini adalah salah satu isyarat bahwa kita juga perlu mempelajari tentang wanita-wanita dibalik kebesaran Nabi Musa.

Allah memberi peran-peran kepada wanita, yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki. Dan dibalik Musa 'alaihissalam, ada 3 wanita istimewa yang berperan luar biasa dan ketiganya disebut dalam Al Qur'an, mereka adalah :
1. Ummu Musa ( Ibunya Musa)
2. Asiyah Istri Fir'aun
2. Saudari Musa

Manfaat mempelajari kisah Saudari Musa ini antara lain untuk mengetahui :
(1) Bagaimana saudari musa berbakti pada Ibunya.
(2) Peran saudari Musa kepada adiknya (Musa)
(3) Hubungan antara saudara dan saudari

Keluarga Musa adalah keluarga yang Istimewa, wanita-wanitanya adalah wanita yang istimewa dan kedua anak lelakinya menjadi Nabi (Harun dan Musa)

▶ Harun adalah kakak laki-laki musa yag juga seorang Nabi.

Dalam satu kisah, Musa pernah marah kepada Harun(Qs.Thaha:94). Kemarahan Musa redah saat Harun berkata "Wahai putra ibuku! Janganlah engkau pegang janggutku dan jangan pula kepalaku."
Mengapa Harun memakai kalimat "wahai putra Ibuku!"?. Para ulama tafsir mangatakan bahwa tujuan Harun berkata demikian adalah untuk melembutkan hati musa dengan menyebut Ibunya (karena pengorbanan besar sang ibu Musa yang berjuang agar Musa tidak dibunuh Fir'aun).

KISAH SAUDARI MUSA DALAM AL QUR'AN

Pada suatu ketika Fir'aun bermimpi ada laki-laki dari Bani israil yang akan meruntuhkan kerajaannya. Sehingga Fir'aun mengeluarkan kebijakan untuk membunuh setiap anak laki-laki yang lahir dari kalangan bani israil.
Namun kebijakan ini diprotes oleh masyarakat mesir karena khawatir tidak akan ada para lelaki dari bani israil dan akan bekerja lagi pada mereka jika semua dibunuh. Maka karena protes tersebut Fir'aun mengubah kebijakannya menjadi berselang seling (setahun dibunuh, setahun tidak dan begitu seterusnya).
Jarak Harun dan Musa adalah 1 tahun, Harun lahir dimasa Aman, itulah mengapa potret kelahiran Harun tidak banyak diceritakan seperti kelahiran Musa.

KAJIAN QS. AL QASHAS AYAT 10-13
[28:10]
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَى فَارِغًا إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلا أَنْ رَبَطْنَا عَلَى قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

10. Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah).

Kajian:
(1) Hatinya menjadi kosong maksudnya adalah sedih sekali.

Hal ini terjadi setelah ibu Musa menghanyutkan Musa di sungai Nil, maka timbullah penyesalan dan kesedihan di hatinya karena kekhawatiran atas keselamatan Musa, bahkan hampir saja ia berteriak meminta tolong kepada orang-orang untuk mengambil anaknya itu kembali, yang akan mengakibatkan terbukanya rahasia bahwa Musa adalah anaknya sendiri.

(2) Maka Allah mengikat hati ibu Musa dan menghiburkannya dengan Janji Allah, bahwa Allah akan mengembalikan Musa dan menjadikannya Rasul.

(3) Kemudia Ibunda Musa memanggil saudari Musa.

[28:11]
وَقَالَتْ لأخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ

11. Dan dia (ibu Musa) berkata kepada saudara perempuan Musa, "Ikutilah dia (Musa)." Maka kelihatan olehnya (Musa) dari jauh, sedang mereka tidak menyadarinya.

kajian:
Setelah itu Ibunda Musa berkata kepada saudarinya.
قُصِّيهِ : ikutilah dia
Para ahli tafsir memperkirakan usia saudari Musa saat itu adalah 15 tahun, dimana ini adalah usi baligh bagi wanita.
Dengan 1 kata perintah "ikutilah", tanpa diikuti penjeladan apapu oleh sang Ibu namun mampu diterjemahkan teknisnya dengan sangat baik oleh saudari musa.

Berikut teknis yang dijalankan saudari Musa dari 1 kata "ikutilah" :

(1) Huruf "fa" dalam kalimat fabasurot menunjukkan kalimat yang satu dengan yang sebelumnya masih berlanjut/berlansung. Hal ini menunjukkan bahwa tidak berjedah lama antara perintah sang ibu dengan saudari musa menjalankan perintahnya.

Secara bahasa : Qussiy berasal dari kata Qashas yang berarti kisah/jejak bisa diartikan mencari jejak/mengikuti jejak.

Pelajaran :
Anak dilatih menerjemahkan perintah.

Banyak hal-hal yang terlihat umum dalam Al Qur'an, Namun kalimat umum ini menjadi Kaidah Hidup yang berlaku sepanjang masa. Sedangkan konsep yang dibuat manusia (terutama konsep barat) biasanya sangat mendetail teknisnya, dan tidak semua yang detail itu baik serta tidak bisa berlaku disetiap masa.

Konsep Al-Qur'an banyak dikikis oleh manusia saat ini, padahal konsep Al Qur'an yang umum, membuat manusia menjadi pintar/cerdas.

Al Qur'an cocok disemua zaman karena bersifat umum(KAIDAH)
Karenanya Al Qur'an membuka ruang ijtihad untuk para ulama.
Hal yang detail belum tentu cocok di setiap zaman.

(2) بِهِ :
Olehnya (Musa)
Fungsi "bi" pada kalimat diatas adalah untuk menempelkan penglihatan antara saudari musa dengan peti bayi musa (artinya tidak sekalipun matanya lengah dari adiknya).

(3) عَنْ جُنُبٍ :
Dari jauh,
Saudari musa mengikuti dari jauh karena saudarinya faham jika ketahuan saudaranya akan berada dalam bahaya (maka dia berjalan dari jauh dan berjalan tenang seolah tidak ada hubungannya dengan peti itu).

Kata berjalan, keterangannya pada pada Qs.Thaha :40.

(4) وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ :
Sedang mereka tidak menyadarinya.
Saudari Musa yang berusia 15 tahun mampu menyimpan rahasia dengan sangat baik sehingga masyarakat mesir tidak tahu bahwa dia dari Bani Israil.

[28:12]
وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ :
Kami haramkan(Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusuinya.

Termasuk kelembutan Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada Musa dan ibunya adalah Dia mencegah Musa dari menyusu kepada wanita siapa pun selain ibunya. Padahal biasanya bayi mau menyusu pada siapa saja tapi karena Takdir Allah, Musa tidak mau menyusu dari siapapun dan Allah takdirkan berpindah dari Ibu yang sedih karena kehilangannya kepada Ibu yang melimpahkan kasih sayangnya(Asiyah).
Takdir Allah untuk orang beriman selalu baik, maka orang beriman tidak perlu ada kekhawatiran dalam dirinya.

(5) فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ :
Mau kah aku tunjukkan kepadamu
عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ :
Kepada keluarga yang akan memelihara untukmu
وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ :
Dan mereka dapat berlaku baik padanya.

Mereka pun mencari-cari orang yang bisa menyusukannya, ketika itu saudari Nabi Musa melihatnya, namun mereka tidak mengetahui bahwa ia saudarinya. Saudarinya berkata, “Maukah kamu aku tunjukkan keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?"

Ibnu Abbas berkata, “Ketika saudari Musa mengatakan seperti itu, mereka berkata kepadanya, “Tahu dari mana kamu bahwa ada orang yang siap berlaku baik dan sangat sayang kepadanya?” Saudari Musa pun berkata, “Karena ia ingin menggembirakan raja dan ingin mendapatkan manfaatnya.” Ketika itu mereka pun menuruti nasehatnya. Saat mereka sampai di hadapan ibu Nabi Musa, Musa pun mau menyusui. Mereka tidak menyadari bahwa itu adalah ibu Musa ‘alaihis salam. Mereka pun senang terhadapnya, dan mengirimkan seseorang untuk memberitahukan hal itu kepada Asiyah istri Fir’aun. Lalu dipanggillah ibu Nabi Musa serta ditawarkan untuk tinggal di rumahnya, namun ibu Musa menolak dengan alasan bahwa ia memiliki anak bayi yang harus diurus(Harun), ia akan siap mengurus jika Musa diurus di tempatnya saja. Maka Asiyah pun menerimanya dan mengirim Musa kepadanya dengan memberinya upah, di samping nafkah, pakaian dan pemberian lainnya.

[28:13]
فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ 

Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.

Kajian :

Allah kembalikan Musa kepada Ibunya, dengan alasan masih punya anak kecil dirumah (Harun). Itulah kenapa ada (Harun), sehingga istana tidak curiga "ASI" ibu Musa itu milik siapa.
Semua ini agar Ibu Musa senang dan tidak bersedih hati lagi. Dan bahwa Janji Allah adalah benar dan tidak pernah ingkar. Namun kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Disebutkan dalam sebagian kitab tafsir, bahwa Musa ‘alaihis salam tinggal kembali bersama ibunya sampai masa menyapih selesai, dan ibunya mendapatkan upah karena menyusui Musa setiap hari satu dinar, dan ia mengambilnya, karena ia adalah harta kafir harbiy, lalu ibunya membawa ke hadapan Fir’aun dan tumbuhlah Nabi Musa di sisinya, ia menaiki kendaraan kerajaan, memakai pakaian mereka, dsb.

Nikmat yang begitu besar, anaknya kembali kepadanya, ditambah dengan mendapatkan imbalan yang banyak, Sungguh Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya.

TANYA JAWAB

1⃣ Bagaimana melatih pemahaman bahasa anak.
Orang-orang istimewa mempunyai bahasa yang baik (baik isi bahasa maupun cara bertuturnya).
(1)Maka ajarkan anak bahasa yang baik dan benar ( Ajarkan mereka "bahasa Ibu"nya),
(2) jauhkan mereka dari hal-hal yang merusak bahasa.
(3) terus latih kemampuan bahasa anak
(4) Ajak anak belajar dan memahami bahasa Al Qur'an agar anak cerdas berbahasa yaitu dengan mentadabburi Al Qur'an

2⃣ Harun dan Musa usianya berjarak 1 tahun, keduanya menyusu dimasa yang sama. Bagaimana jika ada kondisi yang sama dengan kita alami namun dikatakan secara medis kita tidak boleh menyusui anak kita karena akan berakibat buruk  pada janin yang dikandung.
Ilmu apapun asal tidak menabrak syariat maka dibolehkan.
(1) secara syariat tidak ada larangan Ibu hamil untuk menyusui.
(2) kalau dari segi kesehatan silahkan dikaji dampaknya tapi jangan lupa diimbangi dengan ilmu syari'at.

3⃣ Berapa lama perjalanan saudari Musa mengikuti peti bayi musa?
→ Kejadiannya tidak memerlukan waktu berhari-hari (dari mulai menghanyutkan sampai menyusui), waktunya sampai pada batas anak butuh menyusu saja.

4⃣ Bagaimana cara seorang Ibu mendidik agar mempunyai anak seperti Saudarinya Musa?

(1) Suami dan Istri harus kembali pada posisinya masing-masing(posisi dalam rumah tangga).
Rumah adalah lembaga yang besar, maka harus dijalankan sengan SOP yang baik dan benar, serta masing-masing anggotanya berada di posisi yang benar. Dengan demikian anak akan terdidik dengan baik.
(2) Harus diilmui (pelajari ilmunya).
Ilmu-ilmu dalam berumah tangga dan mendidik anak. Serta evaluasi cara kita mendidik anak apakah sesuai dengan tahapan mendidik anak dalam Islam.

(3) Pahami dan jalankan secara bertahap
(4) Harus memiliki kesabaran yang berlipat-lipat

Wanita sangat banyak dipotret dalan Al-Qur'an sebagai seorang Istri, maka wahai para Istri kembalilah pada posisimu, kembalilah pada tempatmu.

Allahu a'lam...

Ambi Ummu Salman
Depok,22062016

*Disarikan dari materi Dauroh Wanita dalam AlQur'an yang disampaikan oleh Ust. Busi Ashari di masjid Al Muhajirin Depok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerbang Fitnah Terletak Pada Kematian Umar bin Khattab RA

KISAH ISTRI ABU LAHAB (UMMU JAMIL)

KISAH IBUNDA NABI MUSA