MEMBANGUN KEBERSAMAAN DALAM KELUARGA
Bismillah..
Membangun Kebersamaan dalam Keluarga
Antara hati kita dan hati orang lain saling terhubung dengan benang-benang halus, satu kesan positif dapat membuat satu sambungan benang halus. Maka semakin banyak sikap positif yang kita bangun maka semakin banyak ikatan-ikatan yang terhubung.
[Maka seperti inilah membangun Kebersamaan].
"Kebersamaan tidak dibangun dalam sehari, namun ia membutuhkan waktu yang panjang seperti kita membangun sebuah kota."
Langkah-langkah dalam membangun Kebersamaan:
1. Kita harus menghubungkan chanel-chanel komunikasi kita dalam anggota keluarga.
Jangan menjadi keluarga tipe kuburan>>hidup bersama namun tidak saling berkomunikasi.
Jangan duduk berdiskusi atau bahkan menyapa satu sama lain.
Asik dengan gadget masing-masing. Anak kita hidup di era digital, generasi yang lahir di tahun '94 dan ditahun-tahun setelahnya disebut sebagai 'silent generatin' (generasi yang hidup di dunia Maya).
Maka tantang kita sebagai orangtua adalah bagaimana membangun komunikasi yang hidup bersama anak-anak kita.
2. Kita harus memastikan memiliki saldo yang cukup pad setiap anggota keluarga.
>>Ibaratkan masing-masing anggota keluarga adalah bank,dan kita harus membuka rekening di masing2 Bank tersebut.
"Bukan rekening finansial tapi rekening emosional"
>>Milikilah saldo keterikatan positif
>>Maka saat orangtua marah diibaratkan seperti menarik saldo rekening positif.
Sehingga ketika akan marah/menasehati/menegur harus cek dulu apakah kita punya saldo positif pada anak kita.
>>Semakin sering memberikan kesan2 positif pada anak kita,maka semakin banyak saldo yang kita miliki.
3. Mengajak seluruh anggota keluarga untuk memiliki persepsi yang sama tentang visi keluarga kita.
>>Buatlah rapat keluarga, untuk menyamakan persepsi visi keluarga. Libatkan anak dan dengarkan pendapat mereka. Karena tidak ada anak yang tidak menurut pada orangtuanya, tapi yang ada adalah anak yang tidak di dengar oleh orangtuanya.
>> Jadikan anak sebagai pusat segala aktivitas dalam rumah tangga, dan orangtua menjadi subordinatnya. Jadikan aktivitas anak sebagai sentral, aktivitas penting dalam keluarga.
Anak yang diharga akan memiliki prestasi dan minat belajar yang tinggi.
>> Kuncinya adalah "anak adalah masa depan dan orangtua adalah masa lalu", maka fokuslah ke masa depan.
TANYA JAWAB:
1. Berkaitan dengan rapat keluarga, bagaimana caranya agar semua anggota keluarga mempunyai rasa memiliki atas visi misi keluarga dengan usia anak yang berbeda-beda?
Jawab:
>>Yang perlu diingat membangun persepsi tidak hanya dilakukan dalam rapat. Dilakukan secara terus menerus, bersamaan dengan aktivitas bersama anak.
>> Salah satu cara menyamakan persepsi adalah dengan meminta si kakak menjadi pendamping si adek. Jadi seorang kakak mempunyai tanggung jawab membimbing dan mengawasi satu adiknya (mendelegasikan tetapi tanggung jawab tetap pada orangtua)
2. Saya seorang single parenting,suami telah meninggal. Saya saat ini bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketika saya bekerja anak bersekolah dan saya titipkan di daycare. Saya bekerja dari Senin sampai s/d Sabtu, di hari Ahad saya ikut kajian di UI. Otomatis waktu yg saya punya dengan anak2 sangat kurang, apalagi klo malam pulang kerja sudah capek,jdi merasa tdk maksimal mendampingi anak. Bagaimana tidak tips menjaga komunikasi dgn anak dlm kondisi seperti saya ini ustad?
Jawab:
>>Yang perlu dipahami sebagai seorang single parent adalah tidak menggabungkan dua peran(ayah dan ibu), tetap menjadi Ibu sebagai peran utama Anda.
>>Anggaplah ini temporary, tidak selamanya(anggap ini kondisi sementara).
>>Komunikasikan kondisi sebenarnya pada anak.
>>Memiliki quality time bersama anak (bukan lamanya tapi bagaimana melewatinya)
>>Gunakan komunikasi dialogis
1. Pesan pertama apa masalahnya
2. Mari kita selesaikan bersama
3. Dua hati dan 2 kepala lebih baik dari 1 hati dan 1 kepala
>>Hindari pesan yang sampai ke anak:
1. Saya yang menilai kamu benar atau salah
2. Saya ingin kamu melakukan apa yang saya inginkan
3. Harus dengan cara saya menyelesaikan masalahnya
4. Bagaimana Pendapat ustadz dengan memasukkan anak di pesantren Tahfiz di usia SD/mulai usia 7 tahun? Bolehkan kita memasukkan anak ke pesantren di usia itu Karena saat ini banyak pesantren Tahfiz yg dimulai diusia SD.
Jawab:
Jika merujuk pada hadist Rasulullah maka masuk pesantren idealnya dimulai diusia 10 tahun (hadist yg memerintahkan memerintahkan sholat diusia 7thun,dan memisahkan tempat tidur di usia 10 tahun).
>>Boleh diusia 7tahun dengan syarat:
1. Anak masuk pesantren atas dorongan pribadi.
2. Jangan sampai ada kesan seperti kita membuang anak.
3. Setiap anak membutuhkan orangtua, karena orangtua adalah significan person bagi anak.
Maka kita boleh memasukkan anak ke pesantren diusia di bawah 10 tahun dengan mencarikan significan others untuk anak kita.
Salah satu caranya adalah menitipkan anak kepada gurunya/musytifahnya jangan kepada lembaganya. Maka komunikasikan terkait hal ini kepada sang guru yang bertanggung jawab, dengan cara:
1. Minta maaf pada gurunya, karena telah merepotkan nya dengan menitipkan anak kita padanya sehingga akan menambah beban beliau.
2. Mendokan guru tersebut
3. Menitipkan anak pada guru tersebut.
4. Membantu kesulitan sang guru, salah satunya misal dlm hal materi.
5. Saling memberi hadiah.
Allahu a'lam
Ambi Ummu Salman
*Resume KAP ketahanan keluarga oleh ustadz Budi Dharmawan di masjid ukhuwah islamiah UI Depok, 28 Agustus 2016
Komentar
Posting Komentar