Keluarga Sukses Dunia Akhirat
๐กNotulensi Kajian Bulanan HSMN Depok (Keluarga Sukses Dunia Akhirat)
๐ Masjid Balaikota Depok, 19 Agustus 2017
๐ค Pemateri : Ustadz Bendri Jaisyurrahman
๐ Notulen : Ambi Ummu Salman
Bismillahirrahmanirrahim..
Kesuksesan dalam keluarga mulim seharusnya bukan hanya di dunia namun yang lebih utama adalah sukses di akhirat, dimana semua anggota keluarga dapat berkumpul di surga Allah Ta'ala.
Untuk memotret tentang KESUKSESAN KELURGA mari kita tadabburi QS. Ali Imron Ayat 33.
KESUKSESAN KELUARGA
ุฅَِّู ุงََّููู ุงุตْุทََٰูู ุขุฏَู
َ َُูููุญًุง َูุขَู
ุฅِุจْุฑَุงِููู
َ َูุขَู ุนِู
ْุฑَุงَู ุนََูู ุงْูุนَุงَูู
َِูู
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). (Ali Imron :33)
Ada 3 tipe sukses dalam keluarga :
1). Sukses Dunia (Keluarga Fir'aun dan Qorun)
Keluarga ini meraih kesuksesan materi di dunia dengan kemewahan dan harta yang sangat melimpah, namun di akhirat mereka tercerai berai (karena kebersamaan hanya ada di surga, di neraka tidak ada kebersamaan)
Inilah sejatinya yang disebut dengan "broken home" yang sesungguhnya. Bukan tercerai berainya keluarga di dunia, namun keluarga yang tidak mampu berkumpul di surga itulah sejatinya keluarga "Broken home".
2). Sukses Akhirat (Nabi Nuh dan Nabi Adam).
Mengapa di surat Ali Imran :33, tidak ada kata َุขَู (keluarga) untuk Nabi Nuh dan Nabi Adam? karena ada anggota keluarganya yang berkhianat dalam masalah aqidah dan risalah yang dibawa oleh suaminya.
Nabi Adam dan Nabi Nuh menjadi Role Model orang yang sukses dengan visi misinya. Mereka orangtua yang bersungguh-sungguh dan bersabar terus menerus melakukan dakwah pada kelurganya, namun Hidayah tetaplah milik Allah Ta'ala sehingga masih ada anggota keluarganya yang bermaksiat.
3). Sukses Dunia dan Akhirat (Nabi Ibrahim dan Imran)
Syarat keluarga sukses ada 3, yaitu :
1. Pasangannya baik
2. Punya anak yang baik
3. Cucu dan anak keturunan yang baik
Kriteria "Keluarga Terbaik"
√ Pasangan yang salihah:
Keluarga Ibrahim : Sarah, Hajar
Keluarga Imran : Hannah
√ Anak yang Shalih/ah :
Keluarga Ibrahim : Ismail dan Ishaq
Keluarga Imran :
Maryam
√ Cucu /Cicit yang shalih:
Keluarga Ibrahim : Ya'qub>> Yusuf
Keluarga Imran : Isa bin Maryam
BELAJAR DARI KELUARGA IBRAHIM
1. ORANGTUA SEBAGAI TELADAN
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู َُููุง ُููุง ุฃَُْููุณَُูู ْ َูุฃَُِْููููู ْ َูุงุฑًุง َُูููุฏَُูุง ุงَّููุงุณُ َูุงْูุญِุฌَุงุฑَุฉُ ุนَََْูููุง ู ََูุงุฆَِูุฉٌ ุบَِูุงุธٌ ุดِุฏَุงุฏٌ َูุง َูุนْุตَُูู ุงََّููู ู َุง ุฃَู َุฑَُูู ْ ََْูููุนََُููู ู َุง ُูุคْู َุฑَُูู
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Qs. At-Tahrim :6)
Perhatikan perintah Allah dalam ayat tersebut, Allah meminta kita menyelamatkan diri sendiri dulu baru keluarga kita.
Demikian juga jika kita tengok doa-doa Nabi Ibrahim, selalu diawali dengan berdoa untuk dirinya terlebih dahulu baru untuk keluarganya.
Diantaranya di ayat berikut :
َูุฅِุฐْ َูุงَู ุฅِุจْุฑَุงِููู ُ ุฑَุจِّ ุงุฌْุนَْู َٰูุฐَุง ุงْูุจََูุฏَ ุขู ًِูุง َูุงุฌُْูุจِْูู َูุจََِّูู ุฃَْู َูุนْุจُุฏَ ุงْูุฃَุตَْูุงู َ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (Qs. Ibrahim : 35)
Ibaratkan jika kita berada dalam sebuah kecelakaan pesawat dan dalam kondisi darurat. Maka sebelum memberikan pertolongan ke orang lain kita harus memberi pertolongan pada diri kita dulu, sebelum memasangkan masker oksigen ke orang lain maka kita pasangkan pada kita dulu. Karena bagaimana kita bisa menolong orang lain jika diri kita sendiri dalam keadaan kritis.
Karena itulah fokus pertama dalam pembelajaran parenting adalah orangtua. Yang harus pertama kali belajar adalah orangtua. Itulah mengapa dinamakan "parenting" bukan "childrening"๐.
Jangan sampai kita mengharapkan anak shalih tapi malah lupa menshalihkan diri sendiri. Orangtua harus senantiasa belajar dan tidak boleh berhenti belajar dan memperbaiki diri. Karena anak yang malas belajar berawal dari orangtua yang malas belajar.
Maka, orangtua harus memiliki daya pengaruh pada anak sehingga dapat menjadi teladan untuk anak.
Mengapa harus menjadi teladan?
√ Keteladanan adalah NASEHAT yang menyentil
√ aturan untuk KITA bukan untuk ANDA
√ Anak lebih meniru apa yang DILIHAT dibandingkan apa yang didengar.
Teruslah memperbaiki diri, karena keluarga sukses adalah keluarga yang mampu HIJRAH bersama.
2. HARMONISASI PASUTRI
Salah satu kunci keberhasilan Nabi Ibrahim adalah memiliki istri-istri yang shalihah.
Karena pasangan yang shalih/ah adalah modal awal dari keberhasilan proses pengasuhan, karena itu awal dari gagalnya pengasuhan adalah salahnya memilih pasangan.
Hak anak adalah mendapatkan orangtua yang baik. Maka menikah bukan hanya perkara mencari istri dan suami tapi mencari ibu/ayah untuk anak-anak kita kelak.
Mengapa harus harmonisasi?
Ayah dan ibu adalah ibarat kemudi mobil, jika tidak harmonis maka rentan mogok atau celaka. Sebagian besar masalah anak bermula dari hubungan pasutri yang tidak harmonis.
Maka jika sudah terlanjur, segera perbaiki hubungan dengan pasangan sebelum fokus ke anak (perbaiki hubungan pasutri).
Sampah negatif istri yang di dapat dari suami berdampak pada pengasuhan anak. Ibu yang suka marah pada anak merupakan salah satu tanda tidak bahagianya ia dengan suaminya.
Karena tugas suami adalah memberi kenyamanan pada istri.
Maka sebelum menjadi ayah dan ibu yang baik, jadilah suami dan istri yang baik terlebih dahulu.
Dasar dari HARMONISASI adalah AGAMA dan SALING RIDHO.
Contoh kisah Nabi Ibrahim dan Siti Hajar yang ditinggal di Makkah bersama Ismail.
ุฑَุจََّูุง ุฅِِّูู ุฃَุณَْْููุชُ ู ِْู ุฐُุฑَِّّูุชِู ุจَِูุงุฏٍ ุบَْูุฑِ ุฐِู ุฒَุฑْุนٍ ุนِْูุฏَ ุจَْูุชَِู ุงْูู ُุญَุฑَّู ِ ุฑَุจََّูุง ُِِููููู ُูุง ุงูุตََّูุงุฉَ َูุงุฌْุนَْู ุฃَْูุฆِุฏَุฉً ู َِู ุงَّููุงุณِ ุชَِْููู ุฅَِِْูููู ْ َูุงุฑْุฒُُْููู ْ ู َِู ุงูุซَّู َุฑَุงุชِ َูุนََُّููู ْ َูุดُْูุฑَُูู
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Qs. Ibrahim :37)
Singkat kisah...
Ketika sampai di Makkah Ibrahim memberi isyarat kepada Hajar agar menuju suatu tempat.
Dengan berbekal tempat makanan berisi kurma dan tempat minum berisi air, Ibrahim membelakangi Hajar dan kemudian melangkah meninggalkan keduanya. Hajar mengikutinya dan bertanya, “Hendak ke manakah, wahai Ibrahim? Engkau meninggalkan kami di lembah yang tiada teman atau apa pun?"
Hajar mengulang pertanyaannya beberapa kali. Saat dilihatnya Ibrahim hanya diam, segera ia tersadar. “Apakah Allah yang menyuruhmu berbuat demikian?" tanyanya dengan kecerdasan luar biasa.
"Benar".Jawab Ibrahim
"Jika demikian maka Allah tidak akan menelantarkan kami,"Jawab Hajar dengan penuh ketakwaan. Kemudian Ia kembali ke tempat semula, sedangkan Ibrahim melanjutkan perjalanannya.
Nabi Ibrahim pergi bukan atas kemauannya sendiri, Ia pergi karena perintah dari Allah. Dengan berat hati Ia pergi melanjutkan perjalanannya sampai ke tsaniah, tempat dimana Hajar dan ismail tidak bisa melihatnya. Ibrahim adalah Ayah yang begitu penyayang, Ayah yang begitu penyayang itu sangat sedih, namun ia yakin Allah menginginkan yang terbaik untuk hambaNya. Tanpa sepengetahuan Hajar, Ibrahim menghadapkan wajahnya ke Baitullah seraya mengangkat kedua tangannya dan berdoa," Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur."
Pelajaran dari kisah tersebut :
√ Istri harus menjaga wibawa suami, respek terhadap suami.
Dampak istri yang tidak respek terhadap suami adalah anak menjadi tidak respek terhadap Ayahnya. Begitu pula sebaliknya jika suami tidak respek terhadap istri, maka anak menjadi tidak respek terhadap ibunya.
√ Sebelum menjadi ayah dan ibu yang baik jadilah suami istri yang baik dahulu. Penuhi hak pasangan terlebih dahulu sebelum memenuhi hak anak.
Jika ada perceraian maka, tetap jagalah adab. Diantara adab untuk pasangan yang telah bercerai yang sering terabaikan adalah menjaga nama baik masing-masing, bukan mengumbar aib mantan istri atau suami seperti yang lumrah terjadi hari ini di media sosial.
Jangan lupakan kebaikan masing-masing, terutama wanita yang mudah kufur terhadap kebaikan suami.
Ingat : Ada mantan suami atau istri, tapi tidak ada mantan ibu dan mantan ayah.
√ Harmonisasi adalah faktor yang sangat penting dalam mendidik anak, maka fokuslah pada kebaikan pasangan masing-masing.
Karena harmonisasi pasutri adalah magnet bagi anak.
Tips : Catat kebaikan-kebaikan (moment terbaik) bersama suami/istri untuk menjaga khusnudzon kita pada pasangan. Karena kebaikan mengapuskan keburukan.
3. MEMILIKI VISI BERKELUARGA
Dasarnya adalah surat At-Thur :21 dan At-Tahrim:6
َูุงَّูุฐَِูู ุขู َُููุง َูุงุชَّุจَุนَุชُْูู ْ ุฐُุฑَِّّูุชُُูู ْ ุจِุฅِูู َุงٍู ุฃَْูุญََْููุง ุจِِูู ْ ุฐُุฑَِّّูุชَُูู ْ َูู َุง ุฃََูุชَْูุงُูู ْ ู ِْู ุนَู َِِููู ْ ู ِْู ุดَْูุกٍ ۚ ُُّูู ุงู ْุฑِุฆٍ ุจِู َุง َูุณَุจَ ุฑٌَِููู
Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (At-Thur : 21)
[ inilah Visi pertama keluarga muslim : Masuk surga sekeluarga]
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู َُููุง ُููุง ุฃَُْููุณَُูู ْ َูุฃَُِْููููู ْ َูุงุฑًุง َُูููุฏَُูุง ุงَّููุงุณُ َูุงْูุญِุฌَุงุฑَุฉُ ุนَََْูููุง ู ََูุงุฆَِูุฉٌ ุบَِูุงุธٌ ุดِุฏَุงุฏٌ َูุง َูุนْุตَُูู ุงََّููู ู َุง ุฃَู َุฑَُูู ْ ََْูููุนََُููู ู َุง ُูุคْู َุฑَُูู
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim :6)
[Visi kedua : Terbebas dari api Neraka]
Visi Ibrahim (Qs. 35-37) :
√ Penyelamatan Aqidah
√ Pembiasaan Ibadah
√ Pembentukan Akhlakul Karimah
√ Pengajaran Lifeskilk (enterpreneur)
Orientasi hidup keluarga muslim adalah pada AKHIRAT, dan fokus utamanya adalah IMAN.
Orangtua yang orientasinya hanya dunia akan berakibat pula pada anak yang tidak memiki orientasi akhirat.
Bagaimana mengetahui visi misi kita sudah benar atau belum?
Pakai prinsip Ibnu Jarir Ath-Thobari, bahwa bagaimana obrolan rakyat sehari-harinya itulah cerminan bagaimana pemimpinnya.
Obrolan rakyat dimasa khalifah sulaiman adalah tentang keluarga dan anak.
Obrolan rakyat dimasa khalifah walid adalah tentang pembangunan.
Obrolan rakyat dimasa khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah tengang ibadah,sholat,dll.
Jika diibaratkan Rakyat = Anak, dan Raja = Orangtua.
Maka, dengarkanlah dialog anak-anakmu apakah tentang dunia atau gentang akhirat. Maka itulah sejatinya kemana arah visi misi keluarganya saat itu.
**************
Tanya Jawab :
1. Mengapa pembahasan parentingnya dari sisi keluarga Ibrahim bukan dari Rasulullah?
Jawab :
Pembahasan tentang keluarga Rasulullah tak dapat lepas dari pembahasan Nabi Ibrahim, karena Rasulullah adalah buah dari doa Nabi Ibrahim.
Dalam riwayat Ibn Ishaq sebagaimana direkam Ibn Hisyam di Kitab Sirah-nya; kala itu Sang Nabi ShallaLlahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab dengan beberapa kalimat. Pembukanya adalah senyum, yang disusul senarai kerendahan hati, “Aku hanyasanya doa yang dimunajatkan Ibrahim, ‘Alaihissalam..”
“Duhai Rabb kami, dan bangkitkan di antara mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri; yang akan membacakan atas mereka ayat-ayatMu, mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah, serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaqksana.” (QS Al Baqarah : 129)
2. Bagaimana menyeimbangkan peran laki-laki sebagai Qowwamah (suami) dengan peran sebagai anak,saudara,dan yang lainnya.
Jawab :
Qowwamah bagi laki-laki adalah fitrah.
Fitrah Qowwamah laki-laki adalah bersikap adil dan seimbang, kecuali jika fitrah tersebut rusak.
Sifat Keshalihan laki-laki :
1. Mengasah fitrah Qowwamah
2. Berbuat baik dan berhubungan baik dengan oranglain karena Allah. Karena orang shalih akan dipaksa oleh imannya untuk selalu ihsan.
3. Mendamaikan bukan memihak, jikapun memihak ia memihak kebenaran bukan berdasar kesenangan.
4. Berbuat baik dari yang terdekat (ini ajaran islam). Keshalihan yang hakiki dimulai dari orang yang terdekat. Karena kebaikan itu harusnya bertambah bukan berpindah.
3. Bagaimana cara menghadapi suami yang galak, gampang marah sampai anak-anak saja tidak nyaman dengan kehadiran ayahnya dan berharap si ayah tidak di rumah (dinas luar)?Saya sudah coba memberi nasihat dengan baik pada suami sambil memijatnya, namun tetap tidak ada perubahan.
Jawab :
1. Jaga harga diri suami di depan anak(menjaga kewibaan suami).
Istri harus melindungi keqowwamahan suami dan menjaga keshalihan anak meskipun tidak ada orangtuanya.
Maka jika anak mencaci ayahnya saat ayahnya tidak ada di depannya, maka harus dicegah atau dihentikan jika tidak maka kita membiarkan anak kita berbuat dosa dan merusak wibawa suami.
(potong kemaksiatan dengan cara yang baik)
2. Menceritakan kebaikan-kebaikan suami kepada anak.
3. Mencegah lisan kita untuk curhat pada anak, bila perlu curhatlah dan menangislah hanya kepada Allah. Kita boleh curhat kepada orang tersekat kita dengan tujuan bukan untuk mengumbar aib suami tapi hanya untuk meminta solusi.
4. Sekesal-kesalnya kita jangan hilangkan kelembutan kita pada objek dakwah kita (suami).
Karena semakin shalihah istri, harusnya suami semakin merasakan kemanfaatkan ilmu dan keshalihan kita.
Jadilah kita (istri) ayat qauniyah yang menjadi kunci dakwah bagi keluarga kita.
5. Suami kita adalah hasil produk pengasuhan dari keluarganya yang mungkin belun sempurna. Maka tugas kita adalah menyempurnakan kekurangan atau kegagalan yang ada.
Allahu a'lam..
(mohon maaf jika ada kesalahan pencatatan maka murni datangnya dari saya pribadi, jazakumullah khair).
Thanks infonya. Oiya ngomongin keluarga, ternyata ada loh beberapa cara yang bisa dilakukan agar keluarga sukses dalam hal keuangan. Mau tau caranya? Yuk cek di sini: Tips agar keluarga sukses finansial
BalasHapus