Rumahku Madrasahku

Bismillahirrahmanirrahim..
RUMAHKU MADRASAHKU

Khalid Ahmad Syantut mengatakan bahwa Benih dari masyarakat adalah rumah. Maka jika rumah baik maka masyarakat akan baik pula (rumah bukan dalam arti fisik bangunan).
Dan benih dari sebuah rumah adalah ibu (al ummu madrasatul ula).

Maka itulah mengapa target pengrusakan saat ini adalah perempuan. Makanya ada jaminan dalam hadist Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu surga bagi yang dapat mendidik anak perempuan, karena tantangannya besar.

Apa yang harus dilakukan agar rumah menjadi madrasah, hal yang dapat dilakukan diantaranya :

1. Ciptakan rumah yang nyaman untuk mereka tumbuh dan berkembang(Qs. Ibrahim :35-41)
Sebagaimana doa pertama yang diminta Nabi Ibrahim 'Alaihissalam untuk Nabi Ismail dan Ibunda Hajar yg ditinggal di padang tandus di Makkah, salah satu bagian doa pertamanya adalah “jadikan negeri ini negeri yg aman”.

Aman membuat orang nyaman, nyaman itu ada dihati maka kenyamanan tidak terfokus pada fisik. Maka pendidikan pertama adalah Ruh, kedua Akal dan yg ketiga Fisik.
Sayangnya saat ini metode pendidikan yang berlaku di negeri ini banyak yang menghilangkan sisi pendidikan ruhiyah. Sehingga penguatan sisi ruhiyah ini harus dilakukan dari dalam rumah.

Diantara kunci penting kenyamanan hati adalah dzikrullah.  Membuat rumah berdzikir/beribadah, penuh dengan spiritual yang tinggi. “baiti jannati”.

2. Membuat Visi Misi dalam keluarga yang islami, mengutamakan dan mendahulukan akhirat. (Qs. At-Tahrim : 6).
Bangunlah rumah tangga islami dengan visi akhirat, dimulai dengan pasangan lalu pada anak-anak kita. Karena sebelum bicara masalah pendidikan anak, sejatinya kita harus dulu bicara tentang hubungan pernikahan kita dengan pasangan.
Rumah tangga islami adalah rumah tangga yang :
1. Tunduk pada Allah
2. Melaksanakan adab Islami
3. Selalu mengingat Allah
4. Berorientasi kepada hari akhir
5. Selalu butuh dengan pertolongan Allah
6. Dekat dengan AlQur'an
7. Menjaga fitrah keimanan anak-anaknya.

3. Semua yang ada di rumah kita adalah guru.
Maka memasukkan orang yang salah, berarti kita memberi guru yang salah pada anak-anak kita.
Kita dapat melihat bagaimana Rasulullah mendidik sampai pada pembantunya (contonya Ummu Aiman, Anas bin Malik, dan Zaid bin Haritsah). Semuanya menjadi manusia-manusia dengan keimanan yang kokoh bahkan memiliki keilmuan yang tinggi.

Semua yang ada dirumah kita adalah tanggung jawab kita untuk mendidik.
Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, kita boleh memiliki asisten rumah tangga (IRT), tapi kita tidak boleh sembarangan. Tengoklah agamanya, akhlaknya, dan apakah ia bisa diajak bersama menjalankan visi dan misi keluarga kita. Sehingga ia pun bisa terdidik dan mendidik bersama dalam keluarga kita.

Ada pembagian tugas di rumah. Bapak adalah kepala sekolah, ibu adalah penanggung jawab kurikulum. Kepala sekolah membuat desain global visi dan misi,  menghubungkan dengan dunia luar. Yang mengisi laci harian adalah ibunya. Jika ingin merubah tugas atau wilayahnya boleh tapi harus dengan aturan, pemimpinnya tetap ayah. Tetap posisikan suami kita sebagai Qowwam.

Kita boleh sibuk tapi jangan sampai karena kesibukan kita itu, kita melupakan dan meninggalkan peran kita yang utama yaitu sebagai madrasah bagi anak-anak kita.
Lihatlah Rasulullah, manusia yang bisa dibilang paling sibuk di dunia. Sebagai seorang Nabi, Khalifah, suami, dan banyak peran lainnya. Tapi dalam banyak riwayat kita bisa mengetahui banyaknya interaksi Rasulullah dengan anak-anak baik itu bersama anak, cucunya atau anak-anak dari para sahabat ketika itu.
Jadi apa ada yg lebih sibuk dari Rasulullah?jadi masihkah pantas alasan kesibukan dunia itu melalaikan kita dari mendidik amanah Allah kepada kita?

4. Sebagai sebuah Madrasah pahami siklus pendidikan anak-anak kita.
Anak-anak di usia 7 tahun ke bawah atau oleh Khalid Ahmad Syantut disebut masa kanak-kanak awal. Ini adalah masa dimana mereka suka meniru maka cara mendidik yg baik adalah dengan keteladanan. Keteladanan adalah hal yang paling penting dan utama sebelum ilmu. Karena diusia 7 tahun anak mulai mensejajarkan antara temannya dan orangtuanya, dan inilah usia akhir anak mengistimewakan orangtuanya.

5. Buatlah Kurikulum di rumah.
Menjaga fitrah keimanan dan keselamatan aqidah anak harus menjadi fokua utama dalam menyusun sebuah kurikulum dalam keluarga muslim. Jangan terfokus pada pendidikan fisik atau motorik meskipun itu adalah bagian yang juga penting untuk diperhatikan. Ketahui mana urutan prioritasnya.
Berikan Ilmu agama terlebih dahulu baru ilmu umum.
Iman sebelum AlQur'an
Adab sebelum Ilmu
Ilmu sebelum Amal

6. Evaluasi ilmu yang kita sampaikan, jika berhasil berilah apresiasi jika gagal evaluasi kembali apa yang menjadi penyebab dan temukan solusinya. Evaluasi ini sangat penting dilakukan berkala agar kita tidak salah arah dan terlena.

7. Dan terakhir tunjukkan komitmen kita dalam mendidik (sabar, konsisten, dan ikhlas).
Agar tidak terjadi mal praktek dalam mendidik anak kita.
Dan senantiasa libatkan Allah dalam setiap ikhtiat kita, karena sebaik apapun teori parenting kita tanpa pertolongan Allah semuanya akan sia-sia. Usaha manusia hanya sebatas usaha, dan Allahlah yang akan menentukan sesuai kehendaknya. Lillah, Billah.
Senantiasalah berdoa memohon pertolongan dari Allah Ta'ala .

Allahu a'lam bisowab.

Ambi Ummu Salman

#ambiummusalman
#rumahmadrasah
#belajarmenjadiorangtuashalih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerbang Fitnah Terletak Pada Kematian Umar bin Khattab RA

KISAH ISTRI ABU LAHAB (UMMU JAMIL)

KISAH IBUNDA NABI MUSA