Melatih Jiwa dan Membimbing Akhlak Anak Sejak Dini

Bismillahirrahmanirrahim..

Ketahuilah bahwa anak adalah amanat bagi orang tuanya. Hatinya merupakan mutiara yang asli, siap untuk dibentuk macam apa pun. Jika dibiasakan pada kebaikan, tentu dia akan tumbuh pada kebaikan itu. Orangtua dan pendidiknya sama-sama mendapat pahala. Jika anak dibiasakan pada keburukan, maka dia akan tumbuh pada keburukan itu. Orangtua dan walinya mendapat dosa karenanya. Jadi, wali harus menjaga, mendidik, melindunginya dari teman-teman yang buruk, tidak membiasakannya hidup mewah, tidak membuatnya suka kepada kesenangan, agar setelah besar nanti umurnya tidak habis hanya untuk mencari kesenangan itu.

Sejak dini anak harus mendapat pengawasan. Dia tidak boleh disusui dan diasuh kecuali oleh wanita yang shalihah, taat beragama dan memakan yang halal. Sebab air susu yang berasal dari makan yang haram, tidak mendatangkan barakah. Jika anak sudah mulai memasuki masa puber dan sifatnya yang paling menonjol adalah rasa malu, maka itu merupakan tanda yang menggembirakan, karena menunjukkan kedewasaan akalnya setelah remaja nanti. Karena itu dia harus dilatih untuk memiliki rasa malu.

Adapun kebiasaan dari sifat-sifat yang mudah menjurus kepada keburukan adalah dalam masalah nakan. Karena itu dia harus diajari adab-adab makan, dibiasakan makan roti pada sebagian waktu, agar tidak terbiasa dengan lauk pauk yang enak, yang akhirnya menjadi keharusan baginya. Dia harus ditegur jika terlalu banyak makan, dengan menyerupakannya dengan binatang jika makan banyak. Dia juga harus dibiasakan pakaian warna putih, tanpa corak yang macam-macam dengan segala hiasannya. Anak laki-laki harus diingatkan tentang keadaan para wanita dan orang-orang banci, melarangnya bergaul dengan anak-anak lain yang terbiasa hidup mewah, sebagai gantinya ialah dengan memberinya kesibukan membaca dan belajar AlQur'an, hadist dan berbagai riwayat, agar di dalam hatinya tertanam kecintaan kepada orang-orang shalih dan tidak larut dalam syair-syair yang bernadakan cinta dan romantisme.

Selagi anak menampakkan akhlak-akhlak yang baik dan perbuatan yang terpuji, maka dia harus dihormati dan diberi hadiah agar dia senang. Sesekali boleh memujinya di hadapan orang lain. Namun jika berbuat sebaliknya, maka apa yang perbuatnya tidak perlu disampaikan kepada orang lain. Jika melakukan perbuatan yang tidak terpuji, maka dia harus dihardik dan ditakut-takuti tanpa diketahui orang lain. Tapi tidak boleh terlalu sering mencelanya, karena itu justru membiasakan dirinya mendengarkan kata-kata cacian, dan akhirnya terbiasa dengannya.

Ibu juga harus berbuat seperti yang diperbuat bapak, melarang anak tidur siang, karena kebiasaan tidur siang menimbulkan rasa malas, dan mengharuskannya tidur malam, dengan cara tidur yang baik, agar anggota-anggota badannya bisa nyaman.

Anak harus dibiasakan sederhana dalam masalah tempat tidur, makan dan pakaian, dibiasakan bergerak, berjalan dan olah raga, agar tidak membuat badannya menjadi malas dan lemas. Anak harus dilarang membanggakan sesuatu yang dimiliki orangtuanya kepada teman-temannya, dibiasakan tawadhu' dan menghormati orang lain. Anak dilarang mengambil sesuatu pun dari anak lain, dia harus diberitahu bahwa mengambil barang orang lain adalah perbuatan hina. Anak dibiasakan agar tidak meludah di dekat tempat duduknya, tidak mengeluarkan ingus dari hidung, tidak menguap di hadapan orang lain, tisak menumpangkan sebelah kaki di atas kaki yang lain dan tidak boleh terlalu banyak berbicara. Anak dibiasakan tidak berbicara kecuali sekedar memberi jawaban, harus mendengarkan perkataan lawan bicaranya, terlebih lagi orang yang lebih tua darinya. Anak dilarang ikut nimbrung dalam pembicaraan dan tidak boleh mencuri dengar perkataan orang lain. Anak diberi mainan yang baik sepulang dari sekolah. Dikatakan dalam sebuah pepatah, "Hati yang beristirahat bisa membangkitkan dzikir." Anak dibiasakan taat kepada kedua orangtua dan gurunya.

Jika anak sudah berumur tujuh tahun, maka dia harus disuruh mengerjakan shalat dan tidak ada kelonggaran untuk meninggalkan shalat ini, agar ia terbiasa. Anak harus ditakut-takuti tentang dusta dan khianat. Jika dia sudah menginjak usia remaja, maka semua masalah ini harus dijabarkan.

Ketahuilah bahwa makanan itu sama dengan obat. Tujuan dari makanan adalah menguatkan badan untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah. Tidak ada yang abadi dengan dunia. Kematian pasti akan memutuskan kenikmatan, yang setiap saat sudah siap menunggu. Orang yang berakal ialah yang mencari bekal untuk akhiratnya. Jika pertumbuhan dirinya baik, hatinya pun akan baik, sebagaimana batu mulia yang sudah dibentuk dengan baik.

Sahal bin Abdullah berkata, "Saat itu aku masih berumur tiga tahun. Suatu malam aku bangun dari tidur dan menunggui shalat pamanku, Muhammad bin Siwar. Suatu hari paman berkata, "Tidakkah engkau mengingat Allah yang telag menciptakan dirimu?"
"Bagaimana ku mengingat-Nya?"aku balik bertanya.
"Katakan di dalam hatimu tiga kali tanpa nenggerakkan lisah, ' Allah besertaku. Allah melihatku. Allah menyaksikan aku'."

Jika malam hari aku mengucapkan di dalam hati yang seperti itu, hingga dapat mengenalk-Nya. Lalu paman berkata lagi padaku, "Ucapkan yang seperti itu setiap malam sebelas kali!"
Maka kulakukan sarannya, sehingga di dalam hatiku ada sesuatu yang terasa nikmat. Setahun kemudia paman berkata kepadaku, "Jaga apa yang sudah kuajarkan kepadamu dan terus laksanakan hingga engkau masuk ke liang kuburmu."

Maka sarannya itu terus kulaksanakan hingga aku benar-benar merasakan kenikmatan di dalam hatiku. Kemudian paman berkata kepadaku, "Wahai Sahl, siapa yang Allah besertanya, melihat dan menyaksikan dirinya, maka mana mungkin dia akan mendurhakai-Nya? Jauhilah kedurhakaan." Setalah ity aku melanjutkan perjalanan ke sekolah untuk menghapalkan AlQur'an, yang saat itu umurku baru enak atau tujuh tahun. Setelah itu aku banyak berpuasa, makan hanya dengan roti dan setiap malam mendirikan sholat.

Allahu a'lam bi sowab..

Ambi Ummu Salman

Sumber : Kitab Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah, Bab Melatih Jiwa dan Membimbing Akhlak serta Mengobatu Penyakit-Penyakit Hati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerbang Fitnah Terletak Pada Kematian Umar bin Khattab RA

KISAH ISTRI ABU LAHAB (UMMU JAMIL)

KISAH IBUNDA NABI MUSA