Belajar Parenting dari Kisah Muhammad Al-Fatih

Bismillahirrahmanirrahim..
Notulensi Kajian Bulanan Homeschooling Muslim Nusantara Depok (HSMN Depok) Bersama DKM Masjid Nurul Faizin Taman Tanah Baru Depok
(Belajar Parenting dari Kisah Muhammad Al-Fatih)

📆 Masjid Nurul Faizin Taman Tanah Baru, 21 Oktober 2017
📗 Narasumber : Ustadz Agung Waspodo, SE, MPP
📋 Notulen : Ambi Ummu Salman

Pada kajian kali ini materi akan difokuskan pada sisi parenting, bagaimana Muhammad Al-Fatih dididik. Bagaimana perjalanan pendidikannya dari kecil hingga dewasa, dari sempurna dan ketidaksempurnaannya. Yang dari dua hal tersebut kita sebagai orangtua akan belajar menjadi pribadi yang bijak dalam menyikapi kelebihan dan kerurangan yang ada pada diri kita dan anak-anak kita. InsyaaAllah..

A. Prediksi Nabi

Muhammad Al-Fatih dengan nama aslinya Mehmed II. Al Fatih adalah gelar yang diberikan atas keputusan para ulama di masanya. Gelar Al Fatih ini diberikan kepada Mehmed II setelah 9 bulan runtuhnya konstantinopel. Yang diambil dari bahasa arab 'fataha' yang artinya membuka atau diartikan sebagai orang yang mambuka.

Kisah ini di mulai dari berita yang disampaikan oleh Rasulullah saat di perang Ahzab, ketika Rasulullah memecahkan batu di dalam parit. Keluarlah cahaya dari batu tersebut dan bersabdalah Rasulullah,

لَتُفتَحنَّ القُسطنطينيةُ ولنِعمَ الأميرُ أميرُها ولنعم الجيشُ ذلك الجيشُ

Sesungguhnya akan dibuka kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu“.

Ini adalah berita besar dan motivasi besar bagi umat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam karena di dalamnya disebutkan sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan. Sehingga ini menjadi cita-cita besar bagi setiap pemimpin di masanya. Jadi penaklukan konstantinopel sudah dilakukan sejak zaman para sahabat hingga 800 tahun kemudian berita dari Rasulullah tersebut terbukti, dan kemenangan itu diraih oleh Mehmed II.

B. Orangtua Muhammad Al-Fatih
(Ayahnya Pahlawan dan Filantrofis, Ibunya Penghafal AlQur'an)

Mehmed II lahir di Edirne, Ia lahir dan tumbuh saat kekhalifaan sudah menyebar luas sampai ke daratan eropa.
Kebiasaan dari ibundanya adalah bahwa anak-anaknya harus hafal AlQur'an sebelum masuk usia 10 tahun. Namun hanya Mehmed II yang agak terlambat diusia 12 tahun (diriwayat lain usia 13 tahun) ia baru hafal AlQur'an.

Ia sekolah di Amasya ditemani oleh sang ibu. Ibunya benar-benar menjadikan dirinya sebagai madrasah utama bagi anaknya.
Ia lahir dan dididik dalam lingkungan keluarga yang penuh kedisiplinan.

Amasya adalah wilayah pegunungan, pusat kebudayaan islam, serta pusat kebudayaan Turki. Mehmed tinggal disana sejak usia dua tahun. Ia dan kakaknya yg bernama Allaedin bersekolah di Amasya, dan saat itu kakaknya yang bernama Ahmed sudah menjadi walikota di kota tersebut.

C. Mehmed II Menjadi Pemimpin Sejak Kecil

Ahmed wafat akibat wabah penyakit di tahun 1437, Mehmed menggantikannya sebagai walikota di amasya (antara usia 6-10tahun).
Kakaknya Allaedin menjadi Gubenur di Manisa (magnesium).

Yang perlu menjadi catatan adalah anak 8 tahun dahulu dan sekarang sangat berbeda dari sisi kematangan berpikir serta kedewasaannya.
Saat ditunjuk untuk meneruskan amanah kakaknya sebagai walikota di Amasya Mehmed pulang menangis karena ia tidak mau dijadikan walikota. Ibunya mengatakan "Nak suatu saat tidak ada pilihan lagi bagimu".
Sosok ibu yang bijak dan menguatkan, ia tidak memperlakukan Mehmed secara istimewa. Ia memberikan kesempatan kepada anaknya agar merasakan bahwa terkadang hidup itu tidak adil.
Point pentingnya disini adalah sang ibu melihat anaknya berada pada tempat yang belum saatnya sehingga ibunya mendampingi serta mem-backup sepenuhnya. Kedekatan seorang ibu dan anak akan mampu menguatkan diri anak.
Selama dua tahun Mehmed merasakan pengalaman pertamanya menjadi seorang pemimpin dan ia memulai hafalan Al-Qur'annya.

D. Mehmed Menjadi Gubenur

Di usia antara 8-12 tahun Mehmed diangkat menjadi gubenur di manisa, bergantian dengan kakaknya Alaeddin.
Selama 4 tahun ia merasakan pengalamannya memimpin kota metropolitan dan ia meningkatkan hafalan AlQur'an. Ia mulai sadar bahwa ia tak bisa selalu bergantung pada ibunya.

Pelajaran bagi kita para orangtua :
√ Sebagaimana Mehmed yang ditempa ujian dengan kondisi/suasana yang mengharuskan ia menghimpun kemampuannya sejak ia diusia belia.
Maka jika anak memiliki masalah beri ia waktu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Latih anak problem solving, jangan buru-buru memberi solusi.

√ Kedua sebagai orangtua kita harus memiliki ijtihad-ijtihad untuk anak-anak kita, menentukan target-taget pencapaian. Misal : hafalan AlQur'an di usia berapa, belajar bahasa arab di usia berapa, dan lain-lain.

E. Belajar Islam dan Teknologi

Pada usia 12 tahun ia dipanggil ayahnya ke istana. Mehmed mendapat jabatan di Edirne sebagai gubenur seluruh wilayah Turki Utsmani di Eropa.
Sang Ayah sadar harus ada orang yang bisa menggantikannya menjadi Sultan. Sehingga Mehmed diberi jabatan di Edirne sebagai persiapan menjadi Sultan dan agar sang ayah punya kesempatan lebih banyak dengan anaknya.

Ayahnya mendatangkan seorang guru, Mehmed belajar tentang ilmu kepemerintahan islam Molla(kurdi) Ahmad Ghurani (1416-1488, seorang ulama alumni Al Azhar Kairo, ulama senior di kota Bursa).
Di masa-masa itu ulama-ulama yang ada di Turki berasal dari Mesir.

Saat ini pula Mehmed berhasil menuntaskan hafalannya. Dan di masa ini ia mulai mengetahui konstantinopel yang diramalkan oleh Rasulullah.
Mehmed mjlai belajar dari para perdana mentwri dan mentrinya. Sehingga ia paham karakter dari pejabat-pejabat istana saat itu.

Mehmed kerap 'mencuri tambahan/ belajar kepada para penasehat sultan di Edirne. Ia sering mengajak diskusi dan meminta pendapat dari para mentri sebelum para mentri itu menghadap ayahnya.
Diantaranya :
√ Kaz-așker (hakim agung)
√ Șeyhul-İslam (pimpinan para ‘ulama)
√ Nakibul-eșraf (periwayat Sirah Nabawiyah, yang dikemudian hari juga mengurusi keturunan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam)
√ Hoca (guru bahasa & sastra)
√ Hekim-bası (guru biologi & kedokteran)
√ Muneccim-bası(astronomer & fisikawan)

Ia sangat menghormati dan memuliakan gurunya. Ia memiliki keinginan yang kuat untuk belajar ilmu bahasa, dan ia sangat menyukai ilmu astronomi.

Pelajaran bagi orangtua :
√ Anak-anak perlu dipercepat belajarnya
√ Ajari Adab (sebagaimana Mehmed yang memuliakan gurunya)
√ Tegas dalam aturan dan banyak memuji anak. Orangtua tegas Menegur saat anak salah dan bangga melihat semangat belajar anaknya yang tinggi (sebagaimana yang dilakukan ayahanda Al-Fatih)

E. To Accomplish the Impossible

Ayahnya melihat potensi anaknya yang besar, sehingga sang ayah berinisiatif untuk turun tahta dan mengumumkan bahwa Mehmed akan menjadi sultan. Peristiwa ini terjadi di tahun 1444, saat usia Mehmed 19 tahun.

Dalam pidatonya Mehmed II berkata :
Saya di sini bukan karena keinginan saya. Saya di sini unyuk menjadikan sesuatu yang mustahil (menaklukkan konstantinopel).

Mehmet II diragukan mampu mewujudkan tantangan besar yang telah menjadi cita‐cita enam sultan pendahulunya:
1. Osman Gazi
2. Orhan Gazi
3. Murad I Hudavendigar
4. Bayazid I Yıldırım
5. Mehmed I Čelebi
6. Murad II Ebu’l Hayrat
7. Mehmet II

Sejarawan Turki Utsmani,Tașköprülüzade, mencatat dalam karyanya Tercüme-i
Șekaik-i Numâniyye bahwa Sultan Murad II menasihati anaknya sejak usia 12 tahun dalam tiga hal berkaitan dengan pembebasan Konstantinopel:
(1) Menjadi sultan yang hanya mengharap keridhaan Allah SWT,
(2) Mengutamakan keadilan (puncak tertinggi dari seorang pemimpin adalah adil),
(3) Menyadari bahwa “the mind is always a more powerful tool than the sword" (Akal jauh lebih penting dari sekedar kekuatan fisik)

Ketiga nasihat ayahnya tersebut diambil dari QS. Al-Baqarah(2): 207-209
“dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambanya,”
“hai orang-orang yg beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan jangan ikuti langkah-langkah
syaithan, sesungguhnya mereka adalah musuh yang nyata bagimu,”
“tetapi jika kamu menyimpang dari jalan Allah sesudah datang bukti kebenaran,
maka ketahuilah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

F. Menjadi Pangilima Muda Bersama Sang Ayah

Kedatangan pasukan koalisi pimpinan Janos Hunyadi dari Hungaria didukung Kardinal Julian Cesarini telah melanggar Perjanjian Szeged. Menghadapi posisi sulit, Mehmed II mengirim surat kepada ayahnya, Murad II:
Jika anda adalah sultan maka kembalilah dan pimpin pasukanmu, jika aku adalah sultan maka aku
perintahkan kepadamu untuk kembali dan memimpin pasukanku.”

Begitulah isi surat Mehmed II kepada ayahnya Murad II. Dimana saat itu Mehmed II tengah diuji kepemimpinannya menjadi sultan 'magang'. Kenapa kok disebut magang? Karena di era itu pergantian sultan terjadi biasanya karena ada dua penyebab. Pertama, ayahnya wafat dan yang kedua adalah karena kudeta.

Pergantian Sultan Murad II kepada anaknya bukan berdasarkan kedua hal tersebut. Melainkan karena masukan dari para ulama yang juga merupakan guru dari Mehmed II. Sebab Mehmed II ditempa dan dipersiapkan sebagai sang penakluk Konstantinopel, yang mewujudkan prediksi Rasulullah. Sebaik-baik panglima dan pasukan yang dibawanya adalah sebaik-baik pasukan.

Pergantian yang tak lazim di era tersebut menjadikan musuh islam yang sebelumnya tunduk dalam pemerintahan ayahnya menjadi petentang-petenteng menghadapi Mehmed II yang masih muda.

Menghadapi kondisi tersebut dimana dia masih dalam kegamangan dalam memimpin. Jika ia mementingkan hawa nafsunya maka bisa jadi ia berangkat sendiri ke Varna untuk menghadapi musuh dan membuktikan bahwa pilihan ayahnya menjadikan sultan adalah tepat. Namun keegoisan itu bukanlah jiwa seorang pemimpin yang mempunyai beban mewujudkan risalah.

Dan yang menarik adalah surat yang ditulis untuk ayahnya. “Bila ayah adalah Sultannya, datanglah dan pimpinlah pasukan ayah. Bila aku adalah Sultannya, aku memerintahkan ayah untuk datang dan memimpin pasukanku.”

Redaksinya sangat indah, secara tidak langsung kalau dalam bahasa betawi "Babeh, tolongin guwe dong". Dan dalam surat tersebut terlihat Mehmed II bisa menempatkan sebagai anak dan sebagai sultan. Sungguh hubungan emosional yang sangat kuat, walau sang ayah jarang menemaninya karena kesibukan tugas kesultanan. Doa yang kuat dan pengasuhan yang melekat pada ibunya yang hafidz Al Quran serta bimbingan dari ulama sekaligus guru membuat Mehmed II menjadi sosok yang disegani dan ditakuti lawan.

Begitulah, akhirnya Murad II kembali untuk menguatkan anaknya. Mehmed II ditempatkan pada sayap kiri pasukan, pasukan anak-ayah memenangkan pertempuran di Varna pada tahun 1444; Mehmed II ditempatkan di manisa 1446, menikahi Gulbehar binti Abdullah Arnavut.

Pembelajaran bagi Orangtua :
(1). Ketika kita mengajari anak, kita harus tahu titik dimana anak sudah tidak mampu (batas kemampuan anak kita).
(2). Maksimalkan kebersamaan kita bersama anak-anak kita sesibuk apapun diri kita, karena kita tidak pernah tahu hingga di usia berapa kita bisa membersamai mereka di masa depan.
Apakah mereka tetap dalam keimanan sepeninggal kita nanti?apakah mereka bisa survive di kehidupannya kelak?apakah mereka bisa hidup mandiri tanpa kehadiran kita disisinya?
Persiapkan selagi kita bisa, maksimalkan selagi ada waktu. Sesibuk apapun kita saat ini, jangan sampai kesibukan itu menjaukan diri kita dari anak-anak kita. Mendekatlah selagi kita bisa.
(3). Jika berjauhan dengan anak, kuatkan doa. Namun jika ada waktu dan tidak ada halangan apapun maka mendekatlah pada anak. Maksimalkan pemanfaatan teknologi.Kisah ini jangan menjadi pembenaran kita untuk kita jauh dari anak-anak kita.
(4). Dalam mendidik anak kita selalu katakan yang haq, ini adalah prinsip hidup. Meskipun kita belum bisa melaksanakan sendiri secara maksimal. Kita semua akan mengalami dilema seperti hal ini.
(5). Jadilah orangtua yang profesional, karena perjalanan mendidik ini bukan perjalanan main-main namun ini adalah perjalanan suci.

Allahu a'lam bi sowab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KISAH ISTRI ABU LAHAB (UMMU JAMIL)

KISAH IBUNDA NABI MUSA

Gerbang Fitnah Terletak Pada Kematian Umar bin Khattab RA