Membentuk Akidah Anak (Part 1)
Bismillahirrahmanirrahim
Membentuk Akidah Anak
Masa yang paling subur untuk membangun pendidikan anak adalah masa kanak-kanak yang merupakan masa terpanjang dibanding makhluk hidup lainnya. Masa kanak-kanak manusia memiliki kelebihan berupa aktif, polos dan fitrah. Ini juga memiliki waktu yang cukup panjang. Sehingga, pada waktu yang cukup panjang ini orangtua dapat menanamkan seperangkat nilai ke dalam jiwa anak dan dapat menuntun anak ke arah mana pun yang orangtua kehendaki, serta mengenali kemapuan dan potensi anak pada masa depan. Setiap kali pembentukan masa kanak-kanak disertai dengan perhatian yang cukup dan pengarahan yang memadai, maka kepribadian anak akan menjadi semakin kuat dan kokoh di hadapan badai yang kelak menerpanya di masa depan.
Pemikiran bahwa menganggap anak masih terlalu kecil dan dengan sengaja melalaikan pengarahannya, adalah suatu kekeliruan besar. Pada permulaan masa si anak bisa mengerti itulah dimulainya pengarahan dan petunjuk, perintah dan larangan, anjuran dan ancaman, pujian dan celaan, dan seterusnya.
Sekarang, mari kita awali dengan membentuk akidah.
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?" Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).
(Qs. al-A'raf : 172-174)
Akidah islam (beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasul-Nya, hari kiamat, ketentuan dan takdir yang baik maupun yang buruk) memiliki ciri khas, yaitu keseluruhannya bersifat gaib. Karena itu, orangtua akan sedikit kebingungan : bagaimana menyampaikan kepada anak dan bagaimana anak akan menerimanya? Bagaimana menjelaskannya? Bagaimana memaparkannya?.
Namun, dari hubungan interaktif yang dijalin Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dengan anak-anak, kita temukan lima dasar asasi dalam menanamkan akidah ini.
1. Mentalqin anak untuk mengucapkan kalimat Tauhid;
2. Menanamkan cinta Kepada Allah Subhanallahu wa Ta'ala;
3. Menanamkan cinta kepada Nabi Shalallahu 'alahi wa Sallam, keluarga beliau dan para sahabat beliau;
4. Mengajarkan al-Qur'an kepada anak;
5. Pendidikan untuk tetap teguh dan rela berkorban demi akidah.
Imam Al Ghazali menjelaskan tentang pentingnya menanamkan aqidah dan mentalqinnya sejak kecil agar anak tumbuh dengannya. Beliau katakan, "Perlu anda ketahui bahwa penjelasan kami tentang definisi akidah harus diberikan kepada anak-anak sejak masa permulaan pertumbuhannya agar dia dapat menghafalnya. Kemudian bersamaan dengan bertumbuhannya, dia akan memahami maknanya sedikit demi sedikit. Diawali dengan menghafal, kemudiab memahami, lalu diikuti dengan meyakini dan membenarkannya. Itu ditemukan dalam diri anak tanpa ada bukti apapun yang dijelaskan. Merupakan karunia Allah Subhanallahu wa Ta'ala kepada hati manusia di awal masa pertumbuhannya untuk beriman tanpa memerlukan bukti mapun penjelasan terlebih dahulu."
Kemudian beliau melanjutkan dengan menunjukkan kepada kita tentang cara menanamkan akidah ini. Beliau katakan, "Dalam menanamkan dan meneguhkannya, bukan dengan cara mengajarkan berbicara dan berdebat. Tetapi, dengan menyibukkan membaca al-Qur'an dan mempelajari tafsirnya, mempelajari hadits dan maknanya, serta menyibukkannya dengan aktifitas ibadah. Sehingga akidahnya akan semakin mantap dan kokoh dengan apa yang mengulik pendengarannya dari dalil-dalil dan berbagai hujjah al-Qur'an, dengan berbagai bukti dan pelajaran yang di dapat dan hadits, serta dengan apa yang dapat dia kerjakan dari cahaya dan aktivitas ibadah."
Itu semua karena setiap anak dilahirkan selalu membawa fitrah keimanan. Bagimana tidak?, Allah Subhanallahu wa Ta'ala berfirman :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Qs. Al-A'raf :172)
Sebuah hadist qudsi menjelaskan ayat ini diriwayatkan oleh Muslim bahwa Allah Subhanallahu wa Ta'ala berfirman :
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِيْ حُنَفَاءَ فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ، وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلَتْ لَهُمْ.
“Allah subhaanahu wata'ala berfirman, “Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus, kemudian datanglah kepada mereka setan-setan yang menyesatkan mereka dari agama mereka serta mengharamkan atas mereka apa yang Aku halalkan bagi mereka.” (HR. Muslim).
Allahu a'lam..
Bersambung ke bagian kedua insyaaAllah..
Ambi Ummu Salman
Sumber : Dr. Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Prophetic Parenting (Cara Shallallahu 'alaihi wa Sallam Nabi Mendidik Anak).
Komentar
Posting Komentar