Seri Kajian Syama'il (Sifat Umum Makanan dan Minuman Rasulullah)

Seri Kajian Syama'il dan Akhlak Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
(Kebiasaan-Kebiasaan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam)

Ini adalah seri kesekian (kajian ini berseri) dari kajian syama'il yang diadakan oleh Sirah Community Indonesia (SCI) dengan pemateri Ustadz Asep Sobari, Lc.
Berikut beberapa catatan dari majelis ilmu kajian syama'il hari Jum'at lalu. Pembahasan lebih banyak pada sifat makanan dan minuman Rasulullah.

PROLOG
Setiap hidup kita tidak akan lepas dari Rasulullah baik dari sosok pribadinya atau pun yang dibawanya (tuntunan-tunanan dan petunjuk dalam agama islam).
Banyak cara mendektakan diri dengan Rasulullah, dan salah satunya adalah dengan mengkaji syama'il.

Kita akan jatuh cinta pada Rasulullah jika kita tahu bahwa beliau adalah sosok yang sangat sempurna. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Qoyyim dalam kitabnya zaadul maad bahwa sungguh sangat merugi manusia yang tidak mengenal sosok Rasulullah.
Saking sempurnanya sosok Rasulullah sampai ada ulama yang mengatakan, "Setinggi apapun pujianku padamu tak akan mampu menggambarkan kesempurnaan sosokmu".

PENGERTIAN SYAMA'IL

Syama'il adalah istilah yang digunakan oleh para ulama untuk menjelaskan sifat-sifat pribadi Rasulullah, baik itu untuk sifat fisik, penampilan,kebiasaan, akhlak, dan lainnya.

Pembahasan syama'il antara lain meliputi :
√ Ciri-ciri fisik
Misalnya : warna kulit, tinggi, bentuk gigi, dll.
√ Hal yang terkait dengan fisik
Misalnya : cara berjalan, cara makan, senyum Rasulullah, posisi duduk, dll
√ Kebiasaan-kebiasaan Rasulullah
Contoh : cara berkendara Rasulullah, Rasulullah menamai semua benda miliknya, cara berbahasa, dll
√ Hal-hal yang terkait pribadi  Rasulullah
Contoh : Pembantu-pembantu Rasulullah, bendahara keluarga Rasulullah, dll
√ Akhlak Rasulullah juga merupakan sisi lain dari syama'il

Dengan syama'il kita akan semakin dekat dengan sosok Rasulullah karena kita akan lebih mengenal sosok pribadi Rasulullah dan hal-hal yang bersifat pribadi bagi beliau.
Contoh : dari syama'il kita akan tahu bahwa sampai Rasulullah wafat jumlah uban beliau hanya 20 helai saja.

PENJELASAN ISTILAH

Kebiasaan adalah sunnah yang tidak identik dengan ibadah, tapi lebih menonjolkan aspek pembawaan dan kecenderungan.
√ Kebiasaan Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dapat memuat unsur akhlak, tradisi,naluri
√ Kebiasaan-kebiasaan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ini pada dasarnya tidak berdampak pahala kecuali bila dilakukan dengan maksud beruswah (meneladani nabi).
Maka meniru kebiasaan-kebiasaan Rasulullah tidak akan bernilai pahala kecuali dengan niat meneladani Rasulullah.

CONTOH SYAMA'IL RASULULLAH

1. Muamalah Rasulullah

"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah meminjam (makanan) 40 sha' kepada Anshar. Karena terdesak kebutuhan, orang Anshar tersebut minta segera dilunasi. Rasulullah berkata, "kami belum punya (makanan serupa) untuk melunasi."
Orang tersebut hendak berkata sesuatu, tapi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memotongnya seraya berkata, " Jangan mengatakan sesuatu kecuali yang baik-baik. Aku adalah sebaik-baiknya orang yang meminjam."
Beberapa hari kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melunasi dengan memberinya 40 sha' tambahan selain 40 sha' pinjaman, sehingga semuanya berjumlah 80 sha'."
(HR. Al-Bazzar, Shahih)

√ Rasulullah jika tertarik pada sesuatu ia akan membeli atau meminjam, meskipun para sahabat ingin memberikannya atau menghadiahkannya kepada Rasulullah. Dari hadits ini kita akan tahu bahwa Rasulullah tidak mau meminta pada orang lain tapi beliau akan membeli atau meminjamnya.
√ Sifat orang Anshar sangat dermawan, bisa saja ia memberikan secara cuma-cuma kepada Rasulullah, namun karena Rasulullah memintanya sebagai pinjaman maka berlaku kaidah pinjam meminjam dan orang Anshar berhak untuk menagihnya.
√ Adab dalam pinjam meminjam adalah si pemberi pinjaman memberi kelonggaran pengembalian kepada peminjam, dan peminjam sebisa mungkin menyegerakan pengembalian.
√ Jangan biarkan saudara kita mengatakan sesuatu yang berlebihan diluar kebenaran. Itulah mengapa Rasulullah memotong perkataan orang Anshar agar jangan sampai ia menjadi berlebihan dalam berbicara dikarenakan keterdesakannya.

2. Rasulullah tidak pernah mencela makanan

" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika beliau suka maka akan memakannya. Tapi jika tidak suka beliau meninggalkannya." (Muttafaqqun alaihi)

√ Para ulama membagi menjadi dua hal terkait makanan ini, pertama makanan tanpa diolah (dengan bentuk dan rasa asalnya). Kedua, makanan olahan baik dari segi rasa,bentuk,dll.
Pada keduanya Rasulullah tidak pernah sekali pun mencelahnya.

3. Rasulullah lebih suka memakan makanan yang ada di sekitarnya.

Dari Ibnu Umar, bahwa Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam dahulu ketika bersama dengan para sahabatnya, termasuk di dalamnya adalah Sa'ad. Lalu dihidangkan daging biawak untuk mereka. Lalu seorang wanita diantara istri-istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyeru, "Itu adalah daging biawak”. Maka Rasulullah bersabda: "Makanlah karena daging Dhab (sejenis biawak) itu halal, namun bukan makanan yang biasa saya makan”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1541]

Rasulullah tidak memakan Dhab tersebut karena itu bukan makanan yang biasa dimakan oleh penduduk Makkah. Jadi Rasulullah lebih suka memakan apa yang ada di sekitarnya.
Karena itu Rasulullah berkata, "Aku tidak terbiasa memakan makanan yang tidak dimakan oleh kaumku."

Ibnu Qoyyim mengatakan :
"Rasulullah dalam memakan sesuatu mengandalkan komoditas yang ada disekitarnya karena itu lebih cocok dengan kondisi tubuh kita. Hikmahnya Allah menumbuhkan bermacam-macam komoditas yang berbeda di setiap wilayah karena setiap memiliki karakter-karakter yang berbeda. Dan karakter tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut, setiap makanan yang tumbuh di daerah tertentu akan sangat cocok dengan tubuh masyarakat yang ada di daerah tersebut, sehingga hal itu akan sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan dirinya. "

Contohnya pada kurma ajwah, dahulu masyarakat madinah tidak menyukai kurma ajwa padahal ajwah sangat melimpah di madinah karena ajwa hanya tumbuh di madinah. Karena itu Rasulullah memakan ajwah agar orang-orang mau mengkonsumai dan menyukai ajwah. Dan Rasulullah pun mendoakan keberkahan pada ajwah.

"Barangsiapa setiap pagi mengkonsumsi tujuh butir kurma 'Ajwah, maka pada hari itu ia akan terhindar dari racun dan sihir." HR. Bukhari no.5445 dan Muslim no.2047 dan yang lainnya

Mahmud bin Ahmad al-Aini seorang ulama' menerangkan makna tashabbaha: Memakan pada pagi hari sebelum memakan sesuatu.
Dari sini bisa difahami bahwa maksudnya adalah memakan semua (7 butir) pada pagi hari.

Terkait hikmahnya berikut ini kami terjemahkan perkataan imam an-Nawawi rahimahullah:
Pengkhususan kurma Ajwah Madinah dan jumlah yang tujuh termasuk perkara yang diajarkan oleh yang membuat syariat dan kita tidak mengetahui hikmahnya, oleh karena itu kita wajib beriman terhadapnya, ini seperti jumlah shalat dan pengaturan zakat. 

Ulama' lain mengatakan: bisa jadi pada jenis itu ada khasiat tersebut.

Jika dilihat dari segi ekonomi, apa yang dilakukan Rasulullah ini sangat bermanfaat untuk ketahanan pangan masyarakat madinah dan menambah nilai ekonomi dari kurma ajwah ini.

4. Minuman yang disukai Rasulullah

Aisyah Radhiyallahu anha menuturkan :
"Minuman yang paling disukai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah minuman manis lagi dingin."
(HR. Tirmidzi, Shahih)

Ada beberapa pendapat mengenai “dingin dan manis”. Salah satunya adalah air dengan campuran madu, rendaman kismis ataupun kurma. Biasanya diendapkan dan disimpan semalaman, terutama di bagian atas rumah sehingga akan dingin dan segar.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan beberapa kemungkinan maksud “dingin dan manis”

1.Bersumber dari mata air segar dan sumur yang manis

2.Rendaman air campuran madu, kurma dan kismis (beliau menguatkan pendapat ini).

SIFAT UMUM MAKANAN NABI

1. Jenis makanan bervariasi secara bergantian.
Menu makanan Nabi bervariasi, kecuali memang jika pada kondisi tertentu.
Dengan tetap pada prinsip yang diajarkan Rasulullah bahwa "Kita adalah kaum yang tidak makan kecuali dalam keadaan lapar dan berhenti sebelum kenyang."

2. Menyeimbangkan sifat makanan antara dingin dan panas (secara sifat).
Contoh :
Kurma (memiliki sifat panas), semangka (memiliki sifat dingin), Rasulullah emmakan ini bersamaan. Jadi Rasulullah ketika memakan kurma, biasa didampingi dengan semangka.
Kombinasi Roti dengan cuka, dll.

3. Makanan yang paling disukai Rasulullah adalah daging, manisan, madu.
4. Daging kambing/domba yang disukai adalah bagian kaki depan dan leher.

3 waktu makan Rasulullah : Ba'da subuh, siang, malam (setelah shalat isya').

Karena sangat menjaga makanan dan pola makan ini Rasulullah memiliki daya tahan tubuh 30x daya tahan tubuh manusia biasa.

Allahu a'lam bissowab..

Kajian ini disampaikan oleh Ustadz Asep Sobari dalam Mabit seri Kajian Syama'il di masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia, 22-23 September 2017.

Resume : Ambi Ummu Salman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerbang Fitnah Terletak Pada Kematian Umar bin Khattab RA

KISAH ISTRI ABU LAHAB (UMMU JAMIL)

KISAH IBUNDA NABI MUSA