Menjadi Ayah Ibu Bervisi Surga

Bismillahirrahmanirrahim..
Menjadi Ayah Ibu Bervisi Surga
(Berdasarkan Siroh Nabawiyah)

Tidakkah kita ingat ucapan emas dari Imam Malik rahimahullah, “Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan sesuatu yang memperbaiki generasi awalnya.” 

Maka kita harus menengok kembali kebesaran generasi awal yang mengusung kejayaan islam di zamannya. Kita kembali pada prinsip-prinsip pendidikan sebagaimana generasi awal dididik. Apa yang menjadi pijakan hidup generasi awal islam itu pula yang harus menjadi pijakan hidup dalam mendidik generasi kita saat ini diantaranya adalah amar ma'ruf nahi munkar.

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan penyebutannya dari iman dalam firman-Nya,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. [Ali Imron :110]

Generasi ini harus bisa membedakan mana yang haq dan yang batil, mana yang benar mana yang salah, mana kebaikan dan mana keburukan. Dan ini pula yang harus menjadi pijakan hidup kita, kita harus bisa membedakan haq dan batil, ma'ruf dan mungkar.

Namun bukan hanya berhenti sekedar tahu, atau hanya sekedar pengetahuan, namun kemudian harus ta' muruna bil ma'ruf. Ta'murun yang artinya menggalakkan kebaikan, menjadikannya menjadi sebuah ajakan.

Agar kebaikan ini merata dan menyebar mewarnai setiap kehidupan umat.

Kita bisa menengok kisah Abu Dzar al Ghifari, ketika Ia merasa telah menerima kebaikan islam, ia merasa tidak boleh sendirian merasakan ini meskipun akhirnya ia harus dipukuli dan disiksa masyarakat kafir Quraish. Karena ia memegang prinsip bahwa kebenaran harus dimunculkan.

Setelah mengetahui yang ma'ruf maka kewajiban kita adalah harus menyebarkan dan mendakwakan.

Tanha anil munkar yang artinya mencegah kemungkaran. Mencegah kemungkaran agar kemungkaran itu tidak menjadi efektif, tidak berpengaruh dan tidak mewarnai masyarakat.

Contoh kasus PKI dan virus liberal yang ada saat ini, bagaimana dua paham ini dengan sangat gigih ingin mewarnai masyarakat kita, maka tugas kita adalah mencegah hal tersebut agar tidak mempengaruhi dan mewarnai masyarakat.

Dua aktifitas (amar ma'ruf nahi munkar) ini harus berjalan simultan, dikerjakan secara seimbang. 

Ada keterkaitan erat antara ma'ruf, mungkar dan iman.
Karena yang menentukan mana haq dan batil, mana baik dan buruk itu adalah iman. Nilai benar dan salah itu bukan dari pribadi kita, tetapi dari timbangan keimanan. Inilah esensi kehidupan.

:: Khoiru ummah, generasi terbaik ::

Generasi ini mendapat sertifikat dari Allah sebagai khoiru ummah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, umat Islam adalah umat terbaik bagi segenap umat manusia. Umat yang paling memberi manfaat dan baik kepada manusia. Karena mereka telah menyempurnakan seluruh urusan kebaikan dan kemanfaatan dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Mereka tegakkan hal itu dengan jihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta mereka. Inilah anugerah yang sempurna bagi manusia. Umat lain tidak memerintahkan setiap orang kepada semua perkara yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang semua kemungkaran. Merekapun tidak berjihad untuk itu. Bahkan sebagian mereka sama sekali tidak berjihad."

Estafet kebaikan ini harus terus berjalan baik dan saling mewarisi. Generasi ini bisa mewarisakan pada generasi berikutnya dan generasi berikutnya bisa mewariskan pada generasi berikutnya lagi (3 generasi).

Seperti Rasulullah yang menggaransi warisan kebaikan hingga generasi sahabat, tabi'in, tabi'in-tabi'in.

Sebagaimana sabdanya :
Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian sesudahnya, dan kemudian sesudahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Contoh salah satu sosok tabi'in Said bin musayyab yang ditakuti khalifah saat itu.

Kisahnya dapat dibaca disini.
kisahmuslim.com/2841-tokoh-tabiin-said-bin-musayyab.html

Lalu coba kita renungi kondisi bangsa kita ini, bagaimana estafet cita-cita negara ini dari genarasi pertama hingga saat ini ( 72tahun kemerdekaan), apa yang terjadi dengan negeri ini?

Kepemimpinan negeri kita saat ini ada masalah, ada kemunduran. Bapak-bapak pendiri bangsa ini dahulu adalah para pemuda dengan  usia 30-40 tahun. Namun saat ini jika kita amati maka kebanyakan pemimpin dan pejabat tinggi negara kita ini berusia tua dikisaran 50 tahun ke atas, terjadi kemunduran. Jika ada pemuda-pemuda yang maju ke pemerintahan maka dianggap belum layak karena mereka yang tua masih menginginkan kekuasaan.

Sedangkan dahulu selama 800 tahun umat islam berada di puncak posisi penguasa dunia saat itu, terhitung saat masa Rasululullah.

Tiga generasi itu konsisten di level yang dipuji Rasulullah, pendidikan generasinya nyambung dan parameter pendidikannya sama.

Contoh : masalah rohingyah adalah masalah ujian keimanan umat islam termasuk muslim indonesia (karena perumpaan orang beriman seperti satu tubuh). Kita dan meraka satu tubuh, apa yang mereka alami membuat kita juga merasa sakit. Iman tidak dibatasi oleh batas geografis, karena iman itu menembus batas ruang dan waktu. Karena itu tidak boleh kita acuh terhadap apa yang dihadapi oleh saudara kita disana, serta ikut turun tangan membantu meringankan penderitaan yang mereka alami. Baik melalui materiil atau non materiil.

Kita juga harus belajar dari kisah Fir'aun di zaman Nabi Musa 'Alaihissalam, awal kekejawab Fir'aun tidak begitu besat namun karena masyarakat saat itu mendiamkan kedzoliman fir'aun sehingga merajalela kedzolimannya, semakin menguat. Tidak ada satu pun masyarakatnya yang berani memberikan nasehat atau melakukan perlawanan sampai muncul Nabi Musa yang mendakwai dan melawan kedzoliman Fir'aun.

:: Belajar dari Kisah Umar bin Abdul Aziz ::

Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang melakukan perubahan dasyat yang dampaknya bukan hanya untuk keluarganya tapi dunia, bukan hanya dunia islam tapi seluruh dunia dimasa itu merasa kebaikan dan kedasyatan kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. 

Umar bin Abdul Aziz lahir dari proses pendidikan yang sangat unik.

Ia tumbuh dan besar tanpa sosok ayah bukan karena ayahnya meninggal namun karena ayahnya diangkat menjadi gubenur dan tinggal jauh darinya, ketika ia masih kecil ayahnya diangkat menjadi gubenur mesir dan umar berada di madinah. Saat Ayahnya Abdul Aziz diangkat menjadi gubenur, ayahnya berangkat sendiri ke mesir sementara keluarganya masih tinggal di madinah. Setelah beberapa waktu sang ayah mengirim surat untuk ibunda umar bin abdul aziz agar mereka semua menyusul untuk berpindah ke mesir.

Ibunya menghadap kepada Abdullah bin Umar untuk meminta pertimbangan dan nasehat, ibunya menunjukkan surat dari Abdul Aziz yang meminta istri dan anak - anaknya untuk ikut berpindah ke madinah.

Abdullah bin umar mempunyai firasat, bahwa Umar bin Abdul Aziz mewarisi sifat keluarga umar bin khattab dari pada sebagai bangsawan (Abdullah bin Umar mewarisi kemampuan ayahnya yaitu Umar bin Khattab terkait firasat-firasat seperti ini). Sehingga ia meminta agar Uma bin Abdul Aziz ditinggal, selama tinggal bersama kakeknya (Abdullah bin Umar) ia di didik oleh pamannya yaitu Salim bin Abdullah bin umar. Ia belajar kepada semua ulama-ulama di madinah. Ayah umar bin abdul aziz sangat senang dan bangga akan hal itu, karena ia merasa Umar berada dibawah asuhan orang-orang yang sangat tepat.

Abdul aziz bangga anaknya diminta tinggal di madinah, anaknya berada dibawah gemblengan orang-orang hebat di madinah. Namun Ayahnya tidak diam saja tapi ia ikut andil mendidik anaknya, ayahnya memilihkan mentor terbaik untuk mendidik Umar bin Abdul Aziz, dialah Shalih bin kaisan yang dipilih sendiri oleh sang ayah.

Suatu hari Umar bin abdul aziz terlambat sholat karena menyisir rambutnya, ia sibuk menata rambutnya sehingga ia terlambat untuk datang sholat berjamaah. Tunjangan umar bin abdul aziz saat itu adalah 1000 dinar setiap bulannya jadi wajar jika ia saat itu hidup dengan gaya kebangsawanannya, ia memiliki pelayan-pelayan khusus untuk membantu keperluannya sehari-hari bahkan ia memiliki minyak wangi khusus yang sangat khas sehingga ketika Umar bin abdul aziz berjalan hafallah semua gadis-gadis madinah bahwa yang berjalan itu adalah umar.

Termasuk dalam menyisir rambut ini, ia memiliki pelayan khusus untuk menyisirkan rambutnya. Karena menginjak remaja ini Umar mulai memperhatikan gaya rambutnya, sehingga lama dalam bersisir.

Sholeh bin kaisan melaporkan hal ini kepada sang ayah, ia mengirimkan surat kepada ayahnya di mesir, "anakmu terlambah sholat karena masalah rambut", menerima surat tersebut Abdul aziz membalas surat tersebut disertai dengan mengirimkan dua utusan. Ketika sampai di madinah satu orang utusan itu membacakan surat dari ayahnya, osi suratnya dibacakan ke umar bin abdul aziz "Nak jika rambatmu membuat lalai pada sholatmu maka ayah membawa tukar cukur ini dari mesir untuk mencukur rambutmu. Kalau bagimu penampilanmu dapat memperindah tampilan fisikmu, maka bagi ayah sholat jama'ahmu lebih menentukan kepribadianmu yang sesungguhnya."

Kemudian saat itu juga rambut Umar digunduli.

Pelajaran mahal..
Inilah peran penting seorang ayah, meskipun ayah tidak hadir secara fisik namun anak tetap merasakan ayahnya hadir.

Artinya seorang gubenur saja tahu mana yang menjadi prioritas, anak harus tahu mana yang lebih penting, mana yang harus didahulukan dan diprioritaskan. Karena baik dan buruk itu harus jelas dan menjadi prioritas.

Permasalahnnya kita tidak punya skala prioritas, mana yang harus diutamakan dalam mendidik.

Prinsip pertama kehidupan yang harus dibangun orangtua adalah punya pengetahun dan pemahaman yang kuat apa itu haq dan batil.

Yang kedua, prosesnya. Bagaimana mendekatkan anak itu dengan yang haq, sehingga ia terbiasa dengan kebaikan, senang dan mencintainya sehingga ia memperjuangkan dan mempertahankan kebaikan tersebut.

Sebaliknya kepada yg buruk ia harus tahu juga sehingga ia merasa tidak suka, benci pada keburukan sehingga ia menjauhi dan secara aktif menghapus atau mengeliminir keburukan tersebut.

Jangan sampai antara baik dan buruk tidak jelas, tercampur, apa lagi jika sampai terbalik. Ini akan menyebabkan rusaknya generasi, seperti fenomena yang ada saat ini ketika antara yang haq dan yang batil dikaburkan dan para pemuda kita tidak memiliki prinsip yang kuat akan hal itu maka kerusakan yang terjadi dimana-mana.

Inilah prinsip dasar yang harus kita pahami, sebelum kita berbicara teknis dalam mendidik. Sehingga kita tahu materi-materi apa yang harus kita ajarkan kepada anak.

:: Kisah dari Urwah bin Zubair ::

Urwah adalah tabiin, ia adalah putra Zubair bin Awwam dan asma' binti Abu Bakar. Urwah lahir dimasa kekhalifaan Umar bin Khattab.

Suatu hari di dekat rukun Yamani, duduklah empat remaja yang tampan rupawan, berasal dari keluarga yang mulia. Seakan-akan mereka adalah bagian dari perhiasan masjid, bersih pakaiannya dan menyatu hatinya.

Di dekat rukun Yamani, duduknya empat remaja yang tampan rupawan, berasal dari keluarga yang mulia. Seakan-akan meraka adalah bagian dari perhiasan masjid, bersih pakaiannya dan menyatu hatinya.

Keempat remaja itu adalah Abdullah bin Zubair dan saudaranya yang bernama Mush’ab bin Zubair, saudaranya lagi bernama Urwah bin Zubair dan satu lagi Abdul Malik bin Marwan.

Pembiacaraan mereka semakin serius. Kemudian seorang di antara mereka mengusulkan agar masing-masing mengemukakan cita-cita yang didambakannya. Maka khayalan mereka melambung tinggi ke alam luas dan cita-cita mereka berputar mengitari taman hasrat mereka yang subur.

Mulailah Abdullah bin Zubair angkat bicara: “Cita-citaku adalah menguasai seluruh Hijaz dan menjadi khalifahnya.”

Saudaranya, Mus’ab menyusulnya: “Keinginanku adalah dapat menguasai dua wilayah Irak dan tak ada yang merongrong kekuasaanku.”

Giliran Abdul Malik bin Marwan berkata, “Bila kalian berdua sudah merasa cukup dengan itu, maka aku tidak akan puas sebelum bisa menguasai seluruh dunia dan menjadi khalifah setelah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.”

Sementara itu Urwah diam seribu bahasa, tak berkata sepatah pun. Semua mendekati dan bertanya, “Bagaimana denganmu, apa cita-citamu kelak wahai Urwah?” Beliau berkata, “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’alamemberkahi semua cita-cita dari urusan dunia kalian, aku ingin menjadi alim [orang berilmu yang mau beramal], sehingga orang-orang akan belajar dan mengambil ilmu tentang kitab Rabb-nya, sunah Nabi-Nya dan hukum-hukum agamanya dariku, lalu aku berhasil di akhirat dan memasuki surga dengan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Dan begitulah dimasa mendatang ke empat pemuda itu mendapatkan sesuai dengan apa yang meraka cita-citakan.

Urwah bin Zubair menyerap ilmu semua ulama di madinah, terutama dari bibinya Aisyah binti Abu Bakar (1/3 ilmu hukum bersumber dari Aisyah dan hadits shahih bukhari banyak sekali mengambil riwayat dadi Aisyah Radhiyallauanha ). 

Urwah bin Zubair memiliki Akhlak, kezuhudan dan kesholihan yang sempurna. Ia tidak mempunyai obsesi politik meskipun orang-orang mengatakan bahwa ia adalah orang yang paling layak menjadi khalifah dimasanya (karena khalifah dimasa itu adalah ulama), tetapi ia tidak memiliki obsesi politik sama sekali.

Di masa kecilnya ia setiap saat bisa bertemu dengan Aisyah, karena Aisyah adalah bibinya. Tapi ia tetap menjaga adab dari mulai komunikasi, cara bergaul dan lainnya. Urwah memiliki adab yang tinggi terhadap ahli ilmu meskipun ia adalah keponakan dari Aisyah.

Bagaimana pengetahuan yang ada dalam diri menjadi berkah, merasuk pada diri dan menguatkan iman, kemudian membuahkan akhlak mulia. 

Ini adalah pelajaran bagi kita sebagai pendidik yaitu ajarkan anak-anak kita adab kepada guru, adab bukan masalah aturan semata tapi ia muncul dari sebuah perasaan ta'dib kepada seorang guru dan terhadap keagungan ilmu itu sendiri. Keduanya menjadi objek agar kita beradab. Inilah faktor yang membuat seseorang diangkat derajatnya dengan ilmu.

:: Takut Kepada Allah adalah buah dari ilmu yang bermanfaat ::

Ingatlah kisah Sufyan ats tsauri yang tak lepas dari sosok ibunya, ia seorang anak yatim. Ibunya mendorongnya untuk menuntut ilmu sejak usia dini. Sang ibunda mengatakan kepadanya, "ibu akan menenun dan hasilnya akan ibu jual untuk membiayai pendidikanmu jadi jangan pikirkan biayanya."

Setelah beberapa waktu sang anak menuntut ilmu, ibundanya pun bertanya kepada sufyan, "Nak, bagaimana hatimu sekarang?, apakah yang kamu pelajari membuatmu semakin takut kepada Allah? jika itu tidak ada rasa itu dalam dirimu maka ilmu yang kau peroleh sia-sia, maka tinggalkanlah karena aku takut nanti hanya akan menjadi musibah bagimu di akhirat.

Sufyan ats Tsauri menjadi buronan khalifah karena ia menolak menjadi hakim agung, karena khalifah merasa bahwa sufyan satu-satunya yang layak menjadi hakim. Sehingga terus melakukan pengembaraan karena melarikan diri dari kejaran sang khalifah.

Karena pelariannya itu, ia memiliki banyak murid, karena dimanapun ia berada ia memiliki majelis ilmu.

Suatu hari Umar bin Abdul Aziz di usia 10 tahun ikut dalam majelis ilmu, ia mengikuti majelis ilmu orang dewasa. Pendampingnya memberi laporan kepada ibunya, bahwa umar tidak mau beranjak dari majelis. Ketika didatangi oleh ibunya ternyata umar sedang menangis, dan ketika ditanya oleh ibundanya mengapa ia menangis tenyata ia tadi mendengarkan ceramah tentang surga dan neraka kemudia muncullah perasaan takut itu pada dirinya, ia takut neraka dan ia takut kepada Allah sehingga ia terus menangis.

Takut kepada Allah adalah buah dari ilmu yang bermanfaat.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Al Ghazali, beliau merumuskan konsep lengkap ilmu yang bermanfaat. Menurut beliau, "Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membuatmu bertambah takut kepada Allah, membuat mata hatimu semakin tajam terhadap aib-aibmu, menambah ma’rifatmu dengan menyembah-Nya, mengurangi keinginanmu terhadap dunia, menambah keinginanmu terhadap akhirat, membuka mata hatimu tentang rusaknya segala amalmu sehingga engkau menjaga diri dari kerusakan itu, dan membuatmu teliti atas perangkap dan tipu daya setan." (Al-Ghazali, Bidayat al-Hidayah, Beirut: Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 2011, hlm. 19).

Orangtua Harus Memiliki Materi dalam Mendidik

Urwah adalah rujukan utama dalam ilmu siroh, ketika waktu kecil ia bertanya kepada ayahnya tentang bekas luka yg ada di dada ayahnya (Zubair bin Awwam). Zubair berkata luka "ini adalah luja yang aku dapat ketika aku berjuang di sisi Rasulullah dalam peperangan ini dan itu...", ia kemudian menggambarkan suasa perjuangan bersama Rasulullah.

Maka setiap orangtua harus punya sesuatu untuk menjadi materi penting untuk mendidik anaknya.

Adapun masalah memperbaiki kesalahan adalah seni,teknis dan tidak harus sama.

Basis pendidikannya tetap "ta'muruna bil ma'ruf tanha anil munkar", dan orangtua harus kuat dalam hal ini.

Tanamkan kecintaan anak pada kebaikan agar anak mendukung dan memperjuangkan kebaikan tersebut, dan sebaliknya terhadap keburukan.

Adapun pada perkara khilafiyah ini bukan masalah ma'ruf dan munkar. Karena ijtihad itu dasarnya baik, bahwa hasilnya adalah bisa tepat atau keliru yang tahu ini adalah Allah.

Ijtihad adalah dasarnya baik dan terbuka.

Namun Hal-hal yang lain diluar masalah khilafiyah adalah CLEAR( sudah sangat jelas).

Tanya jawab :

1. Bagaimana kita sebagai orangtua menyikapi fenomena Gay yang semakin merebak di masyarakat.

Jawab :

Masalah Gay :
Gay dan lesbian adalah menyalahi kodrat (itu sudah sangat jelas), kodrat itu adalah takaran dan ukuran dari Allah. Allah sudah melengkapi manusia dengan sepenuhnya perangkat untuk menjalani kodratnya sebagai wanita dan laki-laki.

Ada taklif ada syariat dari Allah terkait ia sebagai perempuan atau laki-laki.

Mereka para pelaku LGBT ingin menolak ini, ada sebuah proses rekayasa karena mereka ingin membesarkan komunitasnya.

Kembalikan kepada fitrah mereka sesuai dengan hukum Allah. Nilai yang diterima anak dalam menjani pertumbuhanya itulah yang harus benar. Jangan menyamarkan antara laki-laki dan perempuan. Sebagaimana yang terjadi di masyarakat kita saat ini, musuh-musuh islam mulai menyebarkan nilai di masyarakat dengan menyamarkan identitas gender, dari mulai tontonan contohnya film anak-anak teletubbies, model pakaian anak yang genderless, dll.

Nilai benar dan salah harus ditanamkan sedari awal, ada batasan-batasan yang harus dibangun. Untuk anak-anak jaga tontonan dan bacaannya.

Karena mereka para LGBT 'dakwah' untuk menguatkan dan melebarkan komunitas mereka sampai kepada hukum, sampai pada undang-undang kesetaraan gender sebagaimana yang sekarang terjadi di negara kita ini.

Beri anak kejelasan figur, anak laki-laki harus memiliki kejelasan figur yang kokoh. Jangan sampai anak laki-laki kehilangan figur ayah dan dekat dengan figur perempuan. Figur ayah harus kuat di keluarga.

Contoh Umar bin khattab ia sebagai orang yang berwibawa dan ditakuti, orator ulang. Tetapi ketika masuk ke rumah ia main kuda-kudaan dengan anak-anaknya diusianya yang sudah 50 tahun. Laki-laki harus menjadi singa diluar, tapi di  dalam rumah ia harus menyatu dengan keluarganya.

Kuatkan figur ayah dalam keluarganya, dan menyatu dalam keluarga tersebut.

Katakan pada anakmu "Ayah akan ada dalam setiap masalahmu"

2. Bagaimana jika ayah tak dapat selalu hadir dikarena pekerjaan sang ayah yang menuntut tebih banyak bekerja di luar?sementara anak-anak sudah beranjak dewasa dan mulai lebih tertarik bersana teman-temannya daripada bersama ayah dan ibunya?

Jawab :

Kedekatan anak kepada ayah secara fisik diperlukan tapi tidak selalu, karena tingkat kesibukan masing-masing individu berbeda, contonya seperti dalam kisah Umar bin Abdul Aziz yang tadi dipaparkan.

Yang penting aspek kehadiran ayah dari segi kualitas harus dirasakan anak. Kedekatan ayah kepada anak jangan sampai hilang.

Siapa yang lebih sibuk dari Rasulullah?tapi Rasulullah selalu ada waktu untuk anak-anak, banyak sekali riwayat yang menceritakan interaksi Rasulullah dengan anak-anak. 

Ayah sibuk tapi sekali waktu ada dengan anak (waktunya harua sangat berkualitas), bukan masing-masing sibuk dengan gadget atau aktifitas lain. Berikan waktu yang benar-benar berkualitas meskipun itu hanya sebentar.

Bagaimana Rasulullah menjadi sosok istimewa bagi anak-anak, kuncinya sekali dekat kualitasnya tinggi.

Intensitas pertemuan sahabat bersama anak-anaknya dari segi intensitas tidak banyak. Karena setidaknya satu bulan sekali para sahabat melakukan misi militer, dan dalam sekali menjalankan misi militer dilakukan berhari-hari atau berminggu-minggu. Namun mereka tidak kehilangan kedekatan dengan anak-anaknya sehingga kebaikan generasi tersebut dapat terwariskan dengan sangat baik.

Contoh kedekatan ashim dengan sang ayah, meskipun umar telah bercerai dengan ibundanya ashim. Namun Ashim bisa tetap sangat dekat dengan sosok yang ayah. Dan dari Ashim inilah nantinya lahir sosok Umar bin Abdul Aziz.

3. Bagaimana agar anak tidak bosan dengan Al-Qur'an, terutama anak-anak yangmenjelang aqil baligh. Ketika di TPA mereka sering mengeluh mengapa harus terua mengaji.

Jawab :

Mari kita belajar dari kisah Abdullah bin Mubarak. Murid-muridnya berkata, fudhail bin iyad mengatakan "guru kita ini orang nomer satu di timur", Sufyan ats Tsauri berkata "tidak ia terbaik di barat dan timur.

Abdullah bin mubarak saat kecil malas belajar Al-Qur'an, ia baru belajar AlQur'an di usia 18 tahun padahal kedua orangtunya sangat shalih (Baca kisah mubarak (Ayah abdullah bin Mubarak) sang penjaga kebun yang dinikahkan dengan anak pemilik kebun karena keshalihannya. 

Masa kecil Abdullah dihabisnya untuk bermain terus menerus, ketika temannya belajar ia bermain. Ayah ibunya terus mendoakan dan menasihati anaknya. Anaknya cerdas, saking cerdasnya orang mengganggap ia malas.

Tiap anak berbeda bersabar sabar...sabar terus..

Abdullah bin Mubarak baru menyadari ketertinggalannya di usia 18 tahun, titik baliknya. Namun ini jangan dijadikan tolak ukur usia tapi sebagai bahan pembelajaran kita agar terus bersabar dalam mendidik anak kita dan jangan berputus asa.

Materi disampaikan oleh Ustadz Asep Sobari, Lc (Pakar Sejarah Islam), 22 September 2017, di Masjid Ar Riyadh Perumahan Nuansa Permai Depok

Peresume : Ambi Ummu Salman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerbang Fitnah Terletak Pada Kematian Umar bin Khattab RA

KISAH ISTRI ABU LAHAB (UMMU JAMIL)

KISAH IBUNDA NABI MUSA