Anak Bermasalah, Kebetulankah?
Bismillah...
Melihat kondisi saat ini, benar-benar negeri kita sedang keadaan darurat.. Darurat akhlak, darurat pornografi, darurat bullying, entah darurat darurat apa lagi yang jika disebutkan akan jadi rentetan yang panjang..
Anak yang menjadi bermasalah atau sangat bermasalah ketika dewasa bukan tanpa sebab, bukan pula dalam waktu yang singkat dia sudah menjadi pribadi yang bermasalah.
Bukan ujug-ujug(tiba-tiba) dia jadi pembully, bukan ujug-ujug dia jadi pecandu pornografi atau bahkan pelaku aktif, bukan ujug-ujug suka tawuran.
Tapi semua melalui sebab, melalui proses, dan butuh waktu.
Bukan kun fayakun, jadilah maka jadilah. Sifat itu hanya milik Allah, yang ketika berkendak tanpa sebabpun bisa terjadi.
Kita kita ini hanya manusia biasa yang perlu sebab untuk terjadinya sesuatu.
Maka bisa jadi bermasalahnya anak kita bermula mulai dari saat sebelum menikah yaitu memilih pasangan hidup, saat hamil, saat bayi, balita atau saat ia diusia sekolah dasar dan seterusnya.
Itulah mengapa untuk para jombloers yang beluk menikah kalian punya kesempakatan untuk memilih pasangan terbaik kalian tentu saja penekanan terbaiknya ada pada masalah agama bukan yang lainnya.
"Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari Muslim)
Begitu juga ketika memilih suami, pilihlah ia dengan sebaik baik bekal agamanya, karena ia yang akan menjadi imammu bukan makmummu.
Ketika hamil, apakah ketika hamil kita sudah cukup memberinya gizi, bukan hanya gizi jasady saja tapi juga ruhiyahnya.. Apakah hanya musik-musik klasik saja yang ia dengar,apakah dia dinafkahi dengan yang haram, apakah ia cukup kasih sayang, atau malah kehadiran dalam rahim ibunya tak kau harapkan?
Ibarat menanam pohon, janin kita itu adalah benih yang akan tumbuh tunasnya. Apakah ia menjadi benih terbaik yang akan tumbuh menjadi pohon yang menyenangkan pemiliknya (qurrota a'yun) atau ia akan menjadi benih yang tumbuh darinya pohon yang membawa kerusakan bahkan menyengsarakan pemiliknya.
Lalu saat bayi, ada proses menyusui dua tahun yang lansung perintahnya datang dari Allah (Qs. Al Baqarah :233).
Perintahnya menyusui bukan sekedar memberi asi, karena awal kebesaran generasi dimulai dari peran ibu yang menyusui anaknya. Ini jika kita mentadabburi surat Al Qasas ayat 7.
Bukan hanya sekedar memberi asi, tapi menyusui. Ada ikatan ibu dan anak, ada proses berbagi rasa dan ada pula proses transfer akhlak dari si ibu.
Menyusui dengan cinta dan akhlak. Kita bisa contoh ibunda Iman Syafi'i yang melahirkan Ahli Ilmu dengan segala kebesarannya, ketika menyusui ia fokus pada sang anak, ia melantunkan hafalan AlQur'annya sembari menyusui, tidak menyusui secara tergesa-sega..
Dengan tujuan agar anak segera tidur dan ibu tidak repot sehingga bisa melanjutkan aktifitasnya.
Teringat sebuah nasihat yang sangat indah yang patut kita renungi..
قيل أن النساء المسلمات والعربيات
كانت قديماً عندما تريد أن ترضع طفلها .
تسم الله بنية أن يكون ذا شأن عظيم عندما يكبر فارسا او عالما او قائدا أو أو....إلخ
لهذا كان أجدادنا عظماء . أما اليوم فنسائنا بدون استثناء إلا ما رحم ربي ترضع طفلها بنية أن ينام .
لذلك الأمه كلها نيام ولا نية للصحوة🤔
Dahulu para ibu menyusui anaknya dengan niat dan harapan supaya kelak si anak menjadi orang hebat, ulama rabbani, pejuang Islam.
Sekarang banyak para ibu menyusui anaknya dengan satu tujuan, yaitu supaya anaknya cepat tidur dan tidak rewel.😓
Dan ada fase-fase selanjutnya yang akan menentukan tumbuhnya anak kita akan menjadi seperti apa.
Ada fase balita dimana ia menjadi mesin fotocopy terbaik dari apa yang ada disekitarnya. Masa dimana seharusnya penanaman aqidah yang didahulukan sebelum pelajaran-pelajaran lain seperti calistung dan lainnya..
Mendekatkan anak dengan alQur'an sebelum dengan yang lainnya.
Atau adakah kita dimasa ini? Adakah kita hadir di masa keemasan mereka?
Jangan-jangan justru disaat ini kita masih sibuk mengejar dunia dan meninggalkan mereka dengan dunianya sendiri. Sehingga kita abai akan segala perkembangannya..
Atau kita hadir secara fisik namun hati tidak sepenuhnya hadir untuk mendidik..
Atau kita fokus pada kemampuan duniawi anak sehingga ada dibekali AlQur'an namun kering keimanana. Anak dibekali ilmu namun kosong akan adab. Sehingga jadilah ia manusia sekedarnya, berilmu tapi merusak.
Berilmu tapi ia malah tumbuh menjadi musuh islam.. Naudzubillah..
Anak yang bermasalah muncul dari proses dan ada sebabnya.
Maka mari bermuhasabah adakah kita yang turut andil dalam segala kerusakan pada diri anak kita.
Taubatan Nasuhah, jika kita sekarang masih merasa banyak salah dalam mendidik mari berbenah, bertaubat..
Tidak ada kata terlambat, untuk para ibu tengoklah kisah Hindun binti 'Utbah ia menjadi wanita terbaik dimasa jahiliyahnya dan ia menjadi wanita terbaik dengan keislamannya. Segera mulailah..
Jangan hanya menuntut anak kita berkahlak mulia tapi mulailah dengan diri kita, jadilah teladan terbaik bagi anak kita..
Jangan menjadi orangtua pemadam kebakaran yang baru sadar setelah ada kebakaran(kerusakan) tapi jadilah seperti petani yang berlapis sabar dan syukurnya agar kita menuai panen terbaik kelak bukan hanya di dunia namun juga di akhirat.
وَ أَنْ لَيْسَ للإِنْسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى
“Dan bahwasanya seseorang itu tidak akan memperoleh (kebaikan) kecuali dari hasil usahanya sendiri.” (QS. An Najm: 39).
Ayat di atas merupakan kaidah ilmiyyah yang umum dan tetap di dalam keumumannya dan tidak menerima pengecualian (takhshish) yang memang tidak ada sama sekali: bahwa seorang tidak akan memperoleh pahala atau ganjaran kecuali atas hasil usahanya sendiri.
Allahu a'lam..
Ya Allah bimbinglah dan karuniakan Taufikmu kepada kami..
Aamiin..
Ambi Ummu Salman
Komentar
Posting Komentar