Tidak Mengajarkan dan Membiarkan Anak Melakukan Kemungkaran

Bismillah.. 

"Ah biarin aja mbak, namanya juga anak-anak","hehehe.. Lucu ya", "walah cuma gitu doang, biarin aja lah bund",dst. 

Inilah beberapa contoh kalimat pembiaran dan apresiasi dari sebagian orang dewasa kepada anak yang melakukan keburukan atau kemungkaran yang kita anggap lumrah, biasa saja atau bahkan kita anggap lucu. 

Anak kecil yang sudah mulai berbicara kotor, membully temannya, memukul temannya mainnya, tapi kemudian dibiarkan begitu saja oleh orang tuanya dan meminta pemakluman kepada orangtua lain atas apa yang dilakukan anaknya. 

(orangtua begini ini yang bikin gemes ya😅).

Pemakluman-pemakluman yang diberikan orangtua sejak anak masih usia awal inilah yang akan menjadi lampu hijau bagi anak untuk melakukan kemungkaran lain yang lebih besar ketika ia dewasa. 

Di antara kasih sayang Allah terhadap anak ialah membebaskan mereka dari beban taklif di masa kecil mereka. Bahkan Allah memaafkan anak-anak yang berbuat dosa hingga usia baligh. 

Namun demikian, meskipun anak itu masih kecil dan belum baligh, orangtua tidak boleh mengajarkan untuk berbuat maksiat. Misalnya mengajarinya berbohong, memakan makanan haram, merokok, berucap buruk, mencaci, mencela, dll. 

 Ibnul Qoyyim berkata :

"Berhati-hatilah semaksimal mungkin dari kemungkinan mengkonsumsi apa yang menghilangkan akal seperti minuman keras dan lainnya. Atau, memberikannya kepada orang yang dikhawatirkan akan rusak, atau mengajaknya pada kerusakan. Karena hal itu merupakan penghancur segalanya. Katika anak kecil sudah melakukan itu, saat besar nanti ia akan menganggap enteng persoalan laki-laki yang tidak memiliki rasa cemburu (dayuts)  dan dayuts itu tidak akan masuk surga. Betapa besar kerusakan anak akibat kelalaian orang tua dan peremehan terhadap keburukan di dekat mereka sendiri. Padahal, ketergantungan orangtua pada anak jauh lebih besar daripada ketergantungan musuh yang sangat benci terhadap lawannya, sedangkan mereka tidak sadar. Bertapa banyak orangtua yang menghalangi anaknya mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat dan menjurumuskannya ke dalam kehancuran dunia dan akhirat. Semua itu merupakan dampak buruk dari orangtua yang meremehkan hak-hak Allah dan berpaling dari ilmu yang beemanfaat dan Amal shalih yang diwajibkan kepada mereka. Akhirnya orangtua terhalang mendapatkan manfaat dari anak-anak mereka. Anak-anak mengharamkan kebaikan dan manfaat mereka untuk orangtua. Inilah salah satu hukuman bagi sang ayah.

Meskipun anak belum mencapai usia taklif, orangtua bertanggung jawab agar tidak membiarkannya memiliki kesempatan melakukan perbuatan haram. Sebab, hal itu akan menjadi kebiasaan dan sulit dihilangkan. 

Ada orang yang berpendapat menurut mereka anak kecil masih seperti binatang ternak. Ini adalah analogi yang rusak. Sebab, meski anak belum mukallaf, ia harus dipersiapkan untuk menerima beban taklif.

Mari kita didik anak-anak kita sedari kecil, mengarahkan mereka pada kebaikan dan meluruskan jika ada yang salah. Tentu dengan kelembutan dan cinta. 

Mengapa sedari kecil, seperti Imam Hasan Al-Bashri Rahimahullah,  seorang tokoh tabi'in pernah mengatakan : "Belajar sejak kecil itu ibarat memahat di batu." Menfajar ilmu kepada anak-anak itu ibarat menulis sesuatu di batu, tentu tulisan itu akan selalu ada, bahkan bisa bertahan selama bertahun-tahun. Nilai-nilai kebaikan yang kita tanamkan sejak kecil akan terbawa oleh meraka kelak hingga mereka dewasa. 

In syaaAllah... 

Allahu a'lam.. 

Ya Allah bimbinglah kami dan berilah TaufikMu untuk mendidik anak-anak kami.. 

#ambiummusalman

ambiummusalman.blogspot.co.id/2017/07/tidak-mengajarkan-dan-tidak-membiarkan.html?m=1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KISAH ISTRI ABU LAHAB (UMMU JAMIL)

KISAH IBUNDA NABI MUSA

Gerbang Fitnah Terletak Pada Kematian Umar bin Khattab RA