Ibu Bekerja Vs Ibu Rumah Tangga (Bagian 1)

Bismillah..

Pada kajian tema Ketahanan Keluarga ini, judulnya sangat menarik yaitu Ibu Bekerja Vs Ibu Rumah Tangga. Kata versus pada kajian kali ini adalah bukan untuk membandingkan mana yang lebih baik, serta siapa yang benar dan siapa yang salah atau bahkan menghakimi diantara keduanya. Kajian kali ini lebih kepada memberikan solusi, tentu ini yang lebih dibutuhkan daripada hanya sekedar membanding-bandingkan atau menghakimi saja.

Yang paling sering dihakimi adalah mereka yang bekerja di luar rumah padahal kita tidak bisa menghakimi sembarangan ibu yang bekerja, karena terdapat beberapa situasi yang tidak bisa dipungkiri membuat seorang ibu harus bekerja.
Diantara contoh situasi tersebut adalah :
1. Seorang janda, yang harus menafkahi anak-anaknya. Karena di negara kita tidak ada santunan untuk janda.
2. Ada beberapa profesi yang sesuai dengan fitrah wanita dan lebih maslahat jika diisi oleh para wanita, contohnya :Guru, perawat dan dokter kandungan.

HUKUM WANITA BEKERJA

🍀 Syaikh bin Baz berkata :
" Tidak seorang pun ulama yang melarang kaum wanita untuk bekerja mencari uang. Perbedaan pendapat hanya terjadi pada lapangan pekerjaan apa saja yang boleh dirambah kaum wanita. (Fatwa no. 4167)

🍀 Syeikh Yusuf Qordhowi membolehkan dengan syarat :
1. Hendaknya pekerjaannya itu sendiri disyariatkan. Artinya, pekerjaan itu tidak haram atau bisa mendatangkan sesuatu yang haram.
Contohnya : jelas tidak ada riba, tidak ada maksiat, tidak ikhtilat (bercampur baur laki-laki dan perempuan), tidak "melayani" laki-laki, dan lain-lain.

2. Memenuhi adab wanita muslimah ketika keluar dari rumah, dalam berpakaian, berjalan, berbicara, dan melakukan gerak-gerik.
Contoh : pakaian syari, cara bicara (tidak menggoda), tidak bersama laki-laki berdua dalam ruangan, tidak safar dengan bukan mahram, dan lain-lain.

3. Janganlah pekerjaan atau tugasnya itu mengabaikan kewajiban-kewajiban lain yang tidak boleh diabaikan, seperti kewajiban kepada suaminya atau anak-anaknya yang merupakan kewajiban pertama dan tugas utamanya. (fatwa-fatwa kontemporer)
pokok sebagai isteri dan ibu.

Catatan : Ibu adalah profesi utama, bukan sambilan.

KEUTAMAAN WANITA DI RUMAH

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (Qs. Al-Ahzab :33)

"Seorang wanita datang menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata: Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan Allah. Apakah bagi kami kaum wanita bisa mendapatkan amalan orang yang jihad di jalan Allah? Rasulullah menjawab: Barangsiapa yang tetap tinggal di rumah maka pahalanya sama dengan berjuang di jalan Allah." (Diriwayatkan oleh Ibnu Musayyab)

Dalam hukum islam wanita bekerja hukumnya mubah (boleh), tetapi utamanya adalah di rumah.
Seperti dalam surat Al Ahzab ayat 33, bahwa perintah Allah adalah وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُن (dan menetaplah kamu di rumahmu).

Maka idealnya wanita di rumah dan tempat terbaiknya adalah di rumah.

KETIDAKUTAMAAN TIDAK SAMA DENGAN KEHINAAN

Lalu untuk wanita yang bekerja, apakah buruk di hadapan Allah??
Wanita, utamanya memang di rumah. Tidak di rumah, berarti tidak utama. Akan tetapi, tidak utama bukan berarti hina.

Yang utama, ibu di rumah.
Ibu yang bekerja, hina? Tidak.
Sebagiamana sabda Rasulullah:
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan. (HR. Muslim)

Jadi, Orang yang kuat lebih utama daripada yang lemah. Tetapi dua-duanya tetap baik hanya beda derajatnya.

Keutamaan dalam Islam ada syaratnya. Jika syaratnya gugur atau tidak dipenuhi, gugurlah keutamaannya.

Jika ibu sudah di rumah? Maka penuhi syaratnya agar mendapat keutamaan.
Jika seorang Ibu di rumah, tetapi tidak dipenuhi syaratnya, ia tidak akan mendapat keutamaan.

Kita sering menemui Ibu yang di rumah tetapi malah sibuk dengan gadgetnya, bisnis onlinenya, sehingga sama saja tidak mengurus anaknya. Anak ditelantarkan, secara fisik ia di rumah namun tugas utamanya terabaikan.

SYARAT BAGI WANITA AGAR MEMPEROLEH KEUTAMAANNYA

"Nikahilah olehmu wanita yang wadud dan walud. (HR. Abu Daud dan An Nasa'i)

☘ Walud maknanya subur, bisa hamil/memiliki anak.
Wanita dapat keutamaan utamanya ketika memiliki anak, ketika bisa memberikan anak pada suaminya. Namun jika tidak bisa melahirkan anak sendiri maka dapat meneladi kisah Asiyah istri Fir'aun dan istri Nabi Zakariyah Alaihissalam dengan merawat anak orang lain.

Tetapi sebelum punya anak, ada sifat yang harus dimiliki wanita, yaitu Al-Wadud.

☘ Wadud = Mawaddah
Berasal dari kata Al-Wud.

Wadud = untuk perannya sebagai ibu
Mawaddah = untuk perannya sebagai isteri.

Sebagaimana kita tahu pengertian mawaddah adalah kecenderungan suami dan isteri untuk terus berdekatan.
Maka, Wadud adalah kasih sayang yang membuat anak mendekat.

Catatan : Silahkan bekerja di luar atau di rumah dengan syarat tetap ada sifat Al Wadud. Buat anak tetap terikat hatinya pada Ibu.

Jangan bangga ketika anakmu cepat mandiri, mampu melakukan sesuatu sebelum waktunya. Karena setiap amal ada waktunya, setiap waktu ada amalnya. Bisa jadi hal itu karena ibu gagal mengikat hati anaknya.
Pada usia 0 -- 2 tahun, idealnya anak ingin selalu dekat dengan ibunya. Oleh karena itu, jangan sampai orang lain lebih sering dilihat oleh anak daripada ibunya.

Mengapa pendengaran, penglihatan, dan hatu seringkali dirangkai secara berurutan di dalam AlQur'an. Ini bermakna berawal dari penglihatan kemudian pendengaran maka akan terikat hati. Bagaimana bisa terikat hati bila Ibu jarang dilihat oleh anak.

Indikator Ibu yang Al-Wadud:

√ Anak merasa bahagia ibunya di rumah, tidak suka keluyuran saat ibunya di rumah.
√ Anak mampu bercerita pengalamannya apa saja (anak dan ibu tidak ada rahasia).
√ Anak patuh pada orangtuanya.

Salah satu dampak sifat Al Wadud bagi Ibu adalah ia akan menjadi ibu yang peka dan belas kasih. Ibu yang tidak sabaran/gampang marah adalah salah satu tanda hilangnya Al wadud pada dirinya.

MISI PERTAMA IBU

Misi pertama seorang ibu adalah MENGIKAT HATI ANAK.

"Sesungguhnya hati adalah raja, sedangkan anggota badan ibarat prajuritnya." (Majmu' Al-Fatwa, 11/208)

Hati yang terikat mampu membuat akal anak untuk tunduk kepada orangtuanya.

KESIMPULAN

Pahami bahwa sebelum mengejar keutamaan, kejarlah dulu syaratnya, yaitu Al-Wadud. Asah terus Al-Wadud agar menjadi ibu idaman. Jauhi hal-hal atau pekerjaan yang mematikan Al-Wadud.

Allahu a'lam..

Ambi Ummu Salman

**CATATAN KAP-UI 23 JULI 2017, PEMATERI USTADZ BENDRI JAYSURRAHMAN.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerbang Fitnah Terletak Pada Kematian Umar bin Khattab RA

KISAH ISTRI ABU LAHAB (UMMU JAMIL)

KISAH IBUNDA NABI MUSA