Ciri Generasi Shalih Menurut AlQur'an

Bismillah..

Untuk bisa memiliki keturunan yang shalih, tentunya tidak cukup hanya dengan berdo’a. Lebih dari itu, setiap kita harus melakukan usaha dan mengerahkan segala dayadan upaya agar mampu memperolehnya.

Oleh karena itu, mari kita simak penjelasan al-
Quran, bagaimana sesungguhnya ciri dari generasi yang shalih, agar bisa menjadi acuan
bagi kita untuk mengupayakannya. Allah berfirman dalam Surat Ali Imron:

{۞ لَيْسُوا سَوَاءً ۗ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ} [آل عمران : 113]

{يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَٰئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ} [آل عمران : 114]

Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Ali Imran :113-114)

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ayat-ayat ini turun berkenaan dengan para pendeta Ahlul Kitab yang beriman kepada Nabi Muhammad seperti, ‘Abdullah bin Salam, Asad bin `Ubaid, Tsa’labah bin Syu’bah dan yang lainnya. Maksudnya, tidak sama antara Ahlul Kitab yang telah dicela oleh ayat sebelumnya dengan Ahlul Kitab yang masuk agama Islam. Oleh karena itu Allah berfirman: laisuu sawaa-a (“Mereka itu tidak sama.”) Artinya, mereka itu tidak berada pada tingkatan yang sama, ada yang beriman
dan ada juga yang jahat.

Berdasarkan ayat ini, terdapat karakteristik yang melekat pada pribadi shalih, dan ouput atau buah yang dihasilkannya.

Adapun karakteristik pribadi yang shalih adalah:

(1) Berlaku lurus. Hal ini kita pahami dari firman-Nya: “min ahlil kitaabi ummatun qooimah” (Di antara ahlul Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus).
Disebut berlaku lurus karena mereka senantiasa menjalankan perintah Allah subhanahu wata'ala, mentaati syari’at-Nya, serta mengikuti ajaran Nabi-Nya. Dalam istilah yang lebih lazim biasa disebut dengan istiqamah.

Menjadi pribadi yang istiqamah tentunya tidak mudah. Apalagi bagi kita yang hidup di era dimana fitnah dunia mengepung kita dari setiap penjuru. Akan tetapi itulah nilai lebih dari pribadi yang shalih. Ia mampu mengendalikan dirinya, mampu menetralisir pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungannya, dan mampu selalu menempatkan dirinya dalam syariat Allah, dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

(2) Selalu bersama al-Quran. “yat-luuna aayaatillaahi aanaa-al lail” (membaca ayat-
ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari). Ciri khas generasi yang shalih adalah
mempunyai interaksi yang intens bersama al-Quran. Tidak ada hari yang berlalu tanpa al-
Qur’an. Ia menyediakan waktu khusus untuk dirinya dan keluarganya untuk berinteraksi
dengan al-Quran. Tentunya bentuk interaksi itu tidak hanya sebatas membaca, akan tetapi
juga menghafalkan, mengamalkan dan mendakwahkannya.

(3) Mempunyai perhatian terhadap shalat dan tahajjud. Hal ini bisa kita pahami dari firman-Nya: Wahum yasjuduun (Mereka selalu bersujud). Pribadi yang shalih mempunyai perhatian terhadap waktu-waktu shalatnya.
Ia menjadikan shalat sebagai prioritas utama dalam aktifitas kesehariannya. Hal itu dibuktikan dengan selalu tepat waktu dalam mengerjakannya. Setiap kali ia mendengar adzan, ia segera menyambut seruan Allah tersebut. Tidak pernah terlewat mengerjakan shalat berjamaah di masjid, kecuali dalam keadaan yang tidak mampu atau diberikan udzur oleh syara’ seperti ketika sakit, safar, dll.

Pribadi yang shalih juga mempunyai slot waktu untuk berkomunikasi dengan Allah pada keheningan malam. Disaat kebanyakan orang terlelap dalam tidur mereka, ia bangun dari tempat tidurnya untuk menempelkan wajahnya ke tanah; bersujud kepada Dzat yang dicintainya. Baginya, shalat tahajjud adalah kenikmatan dunia yang tiada tara.
Sebagaimana ungkapan Ibnu Taimiyyah: “Barang siapa yang belum merasakan surga
dunia yaitu shalat malam, maka ia tidak akan merasakan surga akhirat.”

(4) Beriman kepada Allah dan hari akhir. “Yu'minuuna billahi wal yaumil akhir”. Iman yang kuat terhadap Allah, dan keyakinan adanya hari akhir, menjadikan setiap gerak langkahnya, selalu ia arahkan untuk mencari ridha Allah dan menjadikan kebahagiaan dan akhirat sebagai orientasi hidupnya.

Sedangkan output atau hasil yang didapatkan dari pribadi yang shalih dapat kita
lihat pada lanjutan ayat tersebut.

(1) Amar ma'ruf nahi munkar.” Waya'muruuna bil ma'ruufi wayanhauna 'anil munkar.”
Pribadi yang shalih keberadaannya selalu bermanfaat. Tidak hanya berfikir untuk dirinya, tetapi senantiasa berusaha mengajak kebaikan kepada setiap orang.
Apabila ia melihat kemunkaran, iapun akan segera mencegahnya, dengan sikapnya,lisannya dan amal perbuatannya.

(2) Bersegera melakukan kebaikan. “Wa yusaariuna fil khoirot”, Dimanapun ia
berada, seorang yang mempunyai pribadi shalih akan selalu menjadi yang terdepan
dalam memburu kebaikan. Ia menjadi teladan bagi lingkungan sekitarnya dalam setiap
kebaikan.

Allah kemudian menyudahi ayat ini dengan pernyataan: “Wa ulaaika minas
sholihiin.” Dan merekalah yang termasuk orang-orang yang shalih.

Semoga kita, keluarga kita, anak keturunan kita, dan saudara-saudara kita seimandan seaqidah, diberi karunia oleh Allah subhanahu wata'ala sebagai hamba yang shalih, yang mampu menghiasi diri dengan karakter-karakter yang disebut dalam ayat tersebut.

Aamiin..

Allahu a'lam bi sowab

Ambi Ummu Salman

Sumber : Seri sidang jum'at Ikatan Da'i Indonesia (IKADI) wilayah DIY

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerbang Fitnah Terletak Pada Kematian Umar bin Khattab RA

KISAH ISTRI ABU LAHAB (UMMU JAMIL)

KISAH IBUNDA NABI MUSA