Mengarahkan Minat Anak

Ketika kita mengarahkan anak, kita harus melihat minat anak, dan itu harusnya di tahap lanjutan,bukan di tahap dasar. Ketika kita ingin pendekatan yang ideal tentang kebangkitan, kita harus sepakat itu dilakukan pada level dasar, bahwa anak kelak  mau jadi apapun,sampai level smp(merujuk pada pelevelan sekarang), Alqurannya harus kuat.

Alqur'an harus kuat bukan berarti harus hafal seluruhnya.Namun,generasi sekarang jangan sampai seperti generasi diatas mereka. Anak-Anak kita sekarang,mau sekolah apapun nanti dikuliahnya,harus hafal minimal sekali,5-10 juz. 5 Juz hingga ke usia SMP saya yakin tidak berat.

Yang juga penting adalah bukan hanya hafal 5-10 juz,tetapi hal - hal yang terkait dengan Alqur'an itu terus dikuatkan. Contohnya apa? Perkenalkan anak dengan'ulumul Qur'an dan hal apa saja yang terdapat di dalam Al-Qur'an.
Mulai dari Alqur'an sebagai wahyu hingga ke konten Alquran. Ada kisah-kisah, masalah peradaban serta bagaimana jatuh bangunnya sebuah masyarakat.Kemudian mengenai aspek aspek tertentu dalam kehidupan seperti tentang astronomi.

Ayat-ayat seperti itu harus diangkat, dipahamkan  pada anak perlahan-lahan.

Intinya dikenalkan.

Minimal pada anak dikenalkan dulu, sampai mereka tahu kalau mereka mau menekuni biologi,astronomi,kedokteran, kelautan, apapun bidang yang akan ditekuni sebagai bidang keahliannya, dia tahu dasarnya dalam alquran itu ada. Apalagi masalah kejiwaan, psikologi dalam Alquran kuat sekali, Al-Qur'an berbicara tentang manusia itu luar biasa banyak sekali, juga masalah kemasyarakatan.

Pengenalan AL-qur'an dengan cara diatas,didekatkan dulu pada anak.Kelak ketika anak sudah mulai bisa mencerna, perlahan-lahan sajikan kajian tematik, tema-tema tertentu dalam Al-Qur'an.Anak SMP/SMA sudah bisa diberikan hal tersebut, kalau yang dasar-dasar bahkan dari SD sudah bisa, hanya saja disesuaikan dengan keterjangkauan anak.

Tentu  setelah itu didukung oleh hadits. Al-qur'an dan hadits harus selalu beriringan namun tahapannya Qur'an dulu baru hadits. Dua hal tersebut terus diajarkan sampai si anak  mengambil bidang tertentu  sebagai spesialisasi keilmuannya. Apakah nanti akan mengambil spesialisasi kedokteran atau apapun,silahkan, tapi alquran tetap dia baca dan pelajari.Sang anak sudah punya dasar, tentang seluk beluk alquran dia paham,sehingga dia tidak akan meninggalkan Al-qur'an ketika ia jadi dokter.

Dalam peradaban islam yang begitu gemilang,tidak semua jadi ulama fiqih. Ada ulama fiqh, tafsir, hadits,tapi juga ada astronom, ada ahli kedokteran, dan banyak yang ahli tafsir sekaligus ahli kedokteran serta ahli matematika.

Fakhruddin ar-Razi itu ahli tafsir, ushl fiqih, fiqh,keahliannya luar biasa. Tulisannya tentang tafsir ada,ushl fiqh nya juga ada. Namun dia juga menulis 40 buku ttg matematika dan logika.

Zaman sekarang penulis tema matematika tidak terbayang bagaimana menulis tema tafsir dan sebaliknya,hal ini karena memang cara pembelajarannya dari awal terkondisi begitu.

Jadi, kalau memang anak mau jadi ahli fiqih, tafsir, ya silahkan, tapi itu nanti..di jenjang dasar awal-awal ya cukup qur'an saja, peminatan jangan dikerucutkan di tahap awal pendidikan.Yang lain-lain silahkan untuk kemudian jadi penunjang, tapi pokoknya tetap Al-qur'an.

Al-quran itu kalau kita tekuni tidak akan habis digali,apalagi untuk anak sd- smp,itu masih terlalu basic sekali.Umar bin Khattab saja untuk "mengkhatamkan" Al-Baqarah 12 tahun,kita?

Jangan takut anak tidak bisa hidup kalau belajarnya banyak Al-Qur'an.Dalam kehidupan, yang penting anak itu secara mental sehat. Ketika mental sehat,maka dunia itu mudah.Tapi kalau mentalnya tidak  benar ya mau apapun juga  harta akan habis. Dunia ini perlu keahlian saja.Artinya anak punya keahlian untuk menjalani kehidupan dunia,baik itu terkait profesi maupun bidang yg terkait dengan keahliannya ataupun tidak.

*~Ustadz Asep Sobari, Lc*
dalam kajian
*Jejak 10 Ulama Fenomenal dan Karyanya (Bagian II, Ar-Risalah oleh Imam Syafi'i, Al-Amwaal oleh Abu Ubaid)*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerbang Fitnah Terletak Pada Kematian Umar bin Khattab RA

KISAH ISTRI ABU LAHAB (UMMU JAMIL)

KISAH IBUNDA NABI MUSA